REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengatakan akan berusaha membantu Afghanistan mencapai perdamaian. Kendati demikian, OKI mengingatkan agar para pemimpin di masa mendatang tetap waspada agar tak membiarkan Afghanistan dimanfaatkan sebagai tempat berlindung kelompok teroris.
“Kami mengharapkan dialog komprehensif dan rekonsiliasi nasional dari pihak-pihak berwenang di Afghanistan,” kata Sekretaris Jenderal OKI Dr. Yousef Al-Othaimeen dalam pertemuan luar biasa OKI untuk membahas situasi di Afghanistan pada Ahad (22/8).
Dia menyerukan kepada pihak yang saat ini menguasai Afghanistan untuk menghormati hukum humaniter internasional. Penduduk Afghanistan punya hak untuk hidup dan merasa aman.
Dalam komunike yang dirilis setelah pertemuan luar biasa itu, OKI mendesak kepemimpinan Afghanistan masa depan dan masyarakat internasional bekerja sama guna memastikan negara tersebut tak lagi digunakan sebagai “markas” militan internasional. “ Organisasi teroris tidak diizinkan memiliki pijakan di Afghanistan,” kata OKI.
Pada 15 Agustus lalu, Taliban berhasil menguasai ibu kota Afghanistan, Kabul, dan istana kepresidenan. Hal itu menandakan keberhasilan mereka mengambil alih kendali atas negara tersebut. Sejauh ini Taliban belum mengumumkan bentuk pemerintahan baru untuk Afghanistan.
Pejabat Komisi Kebudayaan Taliban, Abdul Qahar Balkhi, mengatakan saat ini pembicaraan sedang berlangsung untuk membentuk pemerintahan baru Afghanistan. “Konsultasi sedang berlangsung tentu saja itu akan menjadi sistem yang inklusif tetapi saya tidak memiliki rincian siapa yang akan berada di pemerintahan dan siapa yang tidak akan berada di pemerintahan,” katanya saat diwawancara Aljazirah.