REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Deri Adlis, Muballigh Muhammadiyah Kepri
Sedekah merupakan salah satu amalan yang dianjurkan oleh syariah Islam. Ia merupakan salah satu kunci untuk meraih keberkahan rezeki. Dikutib dalam buku Sedekah Hidup Berkah Rezeki Melimbah oleh Candra Himawan dan Neni Suryana, dituliskan sedekah merupakan amalan yang sederhana yang akan menyuburkan rezeki. Keberkahan dan berkelimpahan itulah yang akan dijanjikan Allah bagi mereka yang bersedekah.
Menurut pemahaman yang lazim, sedekah adalah merupakan pemberian seseorang dengan spontan dan sukarela, tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Secara bahasa Sedekah berarti benar atau membenarkan. Dalam kamus bahasa Indonesia, sedekah diartikan sebagai pemberian kepada fakir miskin yang timbul dari kemurahan hati.
An. Ubaedy dalam buku Hikmah Bersedekah mengatakan: kalau melihat penjelasan Nabi, sedekah adalah istilah umum untuk kebaikan yang kita berikan kepada orang lain. Apapun yang kita berikan kepada orang lain adalah sedekah. Kebaikan ini bisa berupa barang, jasa, atau bahkan ungkapan perasaan atau ekspresi sikap yang membahagiakan orang lain menurut akal sehat. Bahkan kebaikan yang diperjuangkan untuk diri sendiri juga termasuk sedekah, seperti berjuang melawan hawa nafsu.
Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah dalam rahimuhullah menulis dalam Zad al-Maad Memberi dan bersedekah adalah prilaku yang paling dicintai oleh Rasulullah saw. Kebahagian serta kesenangan beliau dengan banyak memberi lebih besar dari kesenangan seorang yang mengambil dengan apa yang didapatkannya. Rasulullah adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan, tangan kanannya seperti angin yang menghembus. Bila ada seorang yang membutuhkan datang kepadanya, maka Rasulullah lebih mengutamakannya atas diri beliau sendiri.
Terkadang beliau dermawan dengan makanan, terkadang pula dengan pakiannya, dan juga beliau memerintahkan umatnya untuk selalu bersedekah dan menganjurkannya serta menyeru kepadanya dengan perbuatan dan perkataannya. Bagi mereka yang senantiasa selalu mensedekahkan harta secara sembunyi atau terang-terangan, maka dia akan mendapatkan pahala yang besar. Dia tidak pernah merasa khawatir akan kekurangan dan bersedih hati. (QS. Al-Baqarah :274)
Seperti yang juga diriwayat oleh Abi Hurairah ra Rasulullah bersabda, Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam berimnfaqlah niscaya Aku akan memenuhi kebutuhanmu. Dan Nabi SAW bersabda: Tangan kanan Allah penuh selalu tercurahkan tidak akan terkurangi walau tetap tercurah baik waktu siang atau malam,” (H.R Muslim).
Itulah janji yang Allah berikan kepada mereka yang senantia selalu bersedekah dalam hidupnya dimana dia berada. Allah akan memenuhi kebutuhan orang yang orang yang berinfaq di jalannya dan Allah yang Maha Tinggi tidak akan menyalahi janjiNya. Sebalik bagi mereka tidak pernah bersedekah, atau mereka yang banyak melakukan kebaikan tapi tidak mau bersedekah maka Allah Ingatkan “Sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum menafkahkan sebagian harta yang dicintai,” (Qs. Ali Imran:92).
Walaupun besarnya pahala yang dijanjikan Allah dan Rasulullah bagi yang senatiasa bersedakah, ternyata mereka masih belum menyadari dan masih engan menjalankannya walaupun mereka sudah mengetahui.
Disebutkan oleh An. Ubaedy keengan seseorang untuk menjalankan perintah sedekah dan membudayakan dikarenakan beberapa sebag diantara : pertama jiwa yang kerdil/ miskin (feeling of fear).Ada orang kaya atau orang mampu yang jiwanya miskin sama juga afa orang miskin yang jiwanya miskin juga. Jiwa yang yang miskin adalah jiwa yang dikuasai rasa takut akan menjadi miskin. Jika kita sampai dikuasai rasa takut seperti ini, pasti kita enggan bersedekah. Lain lagi kalau kita yang menguasai rasa takut itu.
Kedua jiwa yang rakus (feeling of lack). Ada orang kaya atau orang mampu yang jiwanya rakus sama juga ada orang miskin yang jiwanya rakus juga. Jiwa yang rakus adalah jiwa yang dikuasai rasa kurang atau rasa kosong. Jika kita terus dikuasai rasa kurang, maka pasti kita enggan bersedekah. Lain lagi kita menguasainya.
Ketiga filsafat hidup atau pandangan hidup yang salah. Ada orang yang punya filsafat/ pandanga hidup bahwa dirinya harus memberi kepada orang lain supaya orang lain atau Tuhan bisa memberi mereka. Tapi ada juga yang punya padangan atau filsafat hidup bahwa dirinya harus mengambil untuk bisa mendapatkan dari orang lain. Ada juga yangberpandangan hidup bahwa dirinya harus meminta untuk bisa mendapatkan. Nabi menyuruh kita agar memliki filsafat hidup memberi atau tanggan diatas lebih baik dari tangan dibawah.
Keempat, budaya hidup yang hedonis (menuhankan harta benda) atau memiliki paham matrealistik/matrealis (hubbuddunya). Jika budaya ini hidup dalam diri seseorang, bisa dipastikan dia enggan untuk bersedekah sert tidak percaya adanya kebaikan-kebaikan yang ada dibalik perintah sedekah itu.
Kelima lupa/ tidak sadar (sense of responbility). Lupa yang dimaksud bukanlah lupa dalam arti tidak ingat, melainkan dalam arti lengah atau kurang menyadari panggilan hati untuk melakukan hal-hal yang baik. Perlu kita ingat bahwa yang mengerakkan kita untuk menjalankan sesuatu yang baik itu bukan pengetahuan, melainkan kesadaran kita untuk memenuhi panggilan hati.