Selasa 24 Aug 2021 06:20 WIB

Keuntungan Emas Dibandingkan Uang Menurut Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun menjelaskan keuntungan emas dan peran daripada uang

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Ibnu Khaldun menjelaskan keuntungan emas dibanding uang. Emas Batangan (Ilustrasi)
Foto: AP Photo
Ibnu Khaldun menjelaskan keuntungan emas dibanding uang. Emas Batangan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam makro ekonomi, Ibnu Khaldun juga memberikan pendapatnya. Salah satu pendapat tentang hal itu adalah yang berkaitan dengan uang serta emas.

Cecep Maskanul Hakim dalam buku Belajar Mudah Ekonomi Islam menjelaskan bahwa menurut Ibnu Khaldun, uang bukanlah bentuk kekayaan yang nyata, melainkan uang dipahami hanyalah sebuah instrumen dalam memperoleh kekayaan.

Baca Juga

Ibnu Khaldun adalah orang yang pertama menjelaskan fungsi utama uang sebagai ukuran nilai, menyimpan nilai, dan berbilang angka. Adapun tambang, emas, dan perak sebagai (ukuran) nilai untuk pembentukan modal dianggap sebagai kekayaan dan kemakmuran.

Bahkan dalam situasi tertentu, apapun yang diperoleh, tujuan akhirnya hanyalah memperoleh ketiganya. Apapun bergantung pada fluktuasi emas dan perak. Keduanya merupakan dasar bagi keuntungan, kemakmuran, dan kekayaan.

Bagi Ibnu Khaldun, bentuk nyata kekayaan bukanlah uang. Kekayaan diciptakan atau ditransformasikan melalui tenaga kerja dalam bentuk pembentukan modal sebagai ukuran nyatanya. 

Karena itu, Ibnu Khaldun yang untuk pertama kalinya membedakan antara uang dengan keadaan nyata sekalipun dia menyadari bahwa kekayaan nyata itu diperoleh melalui uang.

Bagaimanapun juga, Ibnu Khaldun menyebut bahwa uang memainkan peran yang lebih efisien dibandingkan barter dalam transaksi bisnis dalam sebuah masyarakat. Di mana seseorang bisa menukar satu sama lain hasil dari kerjanya, baik dalam bentuk barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak dapat dipenuhi secara individu.

Selain itu, uang juga dinilai dapat memfasilitasi alirang barang-barang dari satu pasar ke pasar lainnya bahkan hingga lintas negara. 

Namun demikian, pemikiran Ibnu Khaldun mengenai uang dan emas ini bukan tanpa kritik. Kritik terhap Ibnu Khaldun salah satunya berasal dari pemikir Islam modern, Masudul Alam Choudury dalam analisisnya tentang pemikiran ekonomi politik dalam perspektif Islam.     

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement