REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi terbaru mengungkap bahwa orang yang kondisinya parah saat terkena Covid-19 memiliki perlindungan antibodi yang lebih besar terhadap infeksi di masa depan daripada mereka yang penyakitnya lebih pendek atau lebih ringan. Temuan serupa didapat pada orang yang mengalami long-Covid.
Penelitian ini dilakukan oleh Rutgers University dengan melibatkan 548 pekerja perawatan kesehatan dan 283 pekerja lainnya sejak awal pandemi. Dalam enam bulan, 93 orang (11 persen) dinyatakan positif SARS-CoV-2 atau terdeteksi memiliki antibodi terhadap virus.
Dari seluruh partisipan, 24 memiliki gejala parah dan 14 tidak bergejala. Sepertiga dari mereka mengembangkan gejala seperti kelelahan, sesak napas, dan kehilangan kemampuan indra pengecap dan penciuman setidaknya selama satu bulan.
Satu dari 10 partisipan memiliki gejala yang menetap setidaknya selama empat bulan. Perubahan neurologis, termasuk kabut otak (brain fog) dan masalah dengan memori atau penglihatan, jarang terjadi di antara peserta yang terinfeksi, tetapi gangguannya cenderung berlangsung selama berbulan-bulan ketika itu terjadi.
"Mereka yang memiliki gejala yang persisten juga dikaitkan dengan tingkat antibodi yang lebih tinggi dari waktu ke waktu," kata salah satu penulis studi yang juga asisten profesor pediatri dan ahli epidemiologi di Rutgers Robert Wood Johnson Medical School, di Amerika Serikat, Daniel Horton, dikutip dari US News pada Selasa (24/8).
Baca juga : OJK Tambah Syarat Aplikasi Pinjaman Online