REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Peneliti kini tak lagi merekrut pasien Covid-19 parah yang memerlukan pemantauan di unit perawatan intensif (ICU) dalam uji coba internasional mengenai manfaat plasma darah konvalesen untuk pasien Covid-19 dengan kondisi sedang dan berat. Penyidik mengungkap bahwa mereka tidak menemukan manfaat terapi tersebut bagi pasien Covid-19 yang sakit parah.
Keputusan yang diambil oleh pemimpin uji coba REMAP-CAP itu keluar pada Senin. Berdasarkan hasil analisis awal terhadap lebih dari 900 peserta uji coba yang sakit parah dalam perawatan intensif terlihat bahwa pengobatan dengan produk plasma kaya antibodi yang diambil dari penyintas Covid-19 tidak memperbaiki kondisi kesehatan mereka.
Di lain sisi, peneliti menyebut, tidak ada bukti yang menunjukkan bahaya pemberian plasma konvalesen. Oleh karena itu, uji coba dilanjutkan hanya untuk pasien Covid-19 yang diopname dalam kondisi sedang dan tak membutuhkan perawatan intensif.
"Manfaatnya bagi pasien Covid-19 kondisi sedang tetap menarik untuk diungkap," kata dokter dan Profesor Pengobatan Perawatan Kritis di Rumah Sakit Guy dan St Thomas Inggris, Manu Shankar-Hari.
Menurut Shankar-Hari, secara biologis, masuk akal jika pasien yang tidak memproduksi antibodi pada saat terapi plasma konvalesen dan pasien dengan kelebihan virus dapat memperoleh manfaat lebih dari yang lain. Analisis tambahan akan menyelidiki hal ini.