REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kitab Matsnawi, sufi Islam Jalaluddin Rumi menarasikan banyak kisah dengan segala ikhtisarnya. Salah satunya adalah tentang kisah orang miskin Badui.
Seyed G. Safavi dalam buku Struktur dan Makna Matsnawi mengutip penggalan narasi dari kitab Matsnawi karya Jalaluddin Rumi tentang kisah orang miskin Badui. Dikisahkan orang miskin Badui itu bertengkar dengan istrinya karena kemiskinan dan penderitaan.
Kisah tersebut ditulis pada halaman 2252-2263 dalam kitab Matsnawi. Diceritakan bahwa seorang perempuan Badui mengeluh kepada suaminya bahwa mereka miskin dan tidak bahagia, bahwa mereka tidak punya roti atau air. Yang mereka punya hanya air mata.
Bahkan orang paling miskin pun, disebutkan, akan malu karena kemiskinan dan kecemasan orang miskin Badui tadi yang tak memiliki makanan. Kerabat dan orang asing banyak melarikan diri dari kemiskinan mereka.
Sedangkan di sisi lain, orang-orang Arab justru bangga pada pertempuran dan pemberian. Orang miskin Badui tadi mengeluh karena kemiskinannya, dia dapat terbunuh tanpa pernah melakukan pertempuran.
Dia juga tidak akan pernah memiliki apa pun untuk diberikan, bahkan untuk dirinya sendiri. Jika datang seorang tamu, kata orang miskin Badui itu, dia akan mencuri mantelnya ketika tertidur. Dari kisah ini setidaknya dapat diambil intisari bahwa kemiskinan dapat menghadirkan kekufuran, maka dalam Islam ditekankan pentingnya kesalehan sosial agar yang kaya dapat membantu yang miskin, yang miskin dapat menjaga yang kaya.