Senin 30 Aug 2021 22:31 WIB

Taliban: Pembunuhan Atas Nama Islam tak Dibenarkan 

Taliban menolak keras serangan mematikan ISIS-K Afghanistan

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, menolak keras serangan mematikan ISIS-K Afghanistan
Foto: AP/Rahmat Gul
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, menolak keras serangan mematikan ISIS-K Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Taliban dengan tegas menolak kelompok teror Negara Islam di Khorasan (IS-K atau ISIS-K), cabang ISIL Afghanistan, dan aktivitasnya di Afghanistan. 

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan tidak ada pembenaran bagi kelompok manapun untuk membunuh orang tak bersalah atas nama Islam. 

Baca Juga

Dalam percakapan eksklusif dengan India Today, Zabiullah Mujahid mengecam pemboman bunuh diri di bandara internasional Kabul pada Kamis (26/8) lalu yang menewaskan sedikitnya 169 warga Afghanistan dan 13 anggota militer Amerika Serikat. ISIS-K telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan itu.

"Tidak ada alasan bagi kelompok manapun atas nama Islam untuk melakukan serangan atau membunuh orang atau membuat perang bertahan. Rakyat Afghanistan, sebagai sebuah bangsa, memiliki hak untuk hidup damai, dan kami akan bekerja keras dalam hal ini," kata Mujahid, dilansir di India Today, Senin (30/8). 

Mujahid kemudian menjawab soal bagaimana pembom bunuh diri ISIS-K itu berhasil menghindari pos pemeriksaan Taliban dan petugas patroli untuk mencapai perimeter bandara Kabul. 

Baca juga : Taliban Ancam Hancurkan Sistem Pendidikan Afghanistan

Dia mengklaim itu bukan kesalahan keamanan di pihak mereka dan militer Amerika Serikat bertanggung jawab atas area di mana serangan terjadi. Menurutnya, Taliban tengah melakukan penyelidikan atas insiden tersebut untuk mengungkap semua fakta.

"Kami sangat sensitif tentang keamanan, tetapi Bandara Kabul telah menciptakan situasi yang luar biasa karena kurangnya pengendalian massa, area di mana ledakan terjadi bukan milik kami, itu penguasaan Amerika, yang memiliki tugas untuk memberikan keamanan di sana," jelasnya.

Panjshir adalah satu-satunya provinsi Afghanistan yang belum jatuh ke tangan Taliban. Namun dalam beberapa hari terakhir, kelompok pemberontak telah mengumpulkan kekuatannya di wilayah tersebut, bahkan saat pembicaraan sedang berlangsung dengan para pemimpin kelompok perlawanan itu untuk menemukan solusi damai.

Mujahid menyatakan bahwa negosiasi masih berlangsung terkait hal itu. Dia berharap masalah ini dapat diselesaikan melalui dialog.

"Pembaruan terbaru adalah bahwa pembicaraan masih berlangsung dan kedua belah pihak telah kembali ke rekan mereka sendiri untuk mencapai keputusan akhir. Kami ingin perang berakhir dan tidak ada perang di mana pun, kecuali kami terpaksa melakukannya, dan cara negosiasi dan komunikasi tidak dihalangi," kata Mujahid.

Mujahid juga membantah laporan tentang kongkalikong antara kepemimpinan Taliban dan Masood Azhar, kepala kelompok teror terlarang Jaish-e-Mohammad. Menurut sumber, Masood Azhar telah bertemu dengan para pemimpin Taliban di Kandahar awal bulan ini dan meminta bantuan mereka untuk memicu kerusuhan di Jammu dan Kashmir.

"Rumor itu tidak benar dan kami menolaknya. Kami dapat mengatakan dengan pasti bahwa Taliban tidak akan membiarkan negara lain terancam dari negara kami. Kami meyakinkan India dan negara-negara lain bahwa pihak kami tidak akan menjadi ancaman bagi mereka," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement