Jumat 03 Sep 2021 13:57 WIB

Gadis Afghanistan Hadapi Bahaya untuk Bisa Bermain Bola

Evakuasi anggota tim sepak bola putri nasional Afghanistan terganjal bom bunuh diri

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
 Reaksi seorang pengungsi Afghanistan saat ia memegang plakat yang berpartisipasi dalam protes di New Delhi, India, Senin (23/8). Ratusan aktivis dari berbagai organisasi kiri dan pengungsi Afghanistan mengadakan protes terhadap pengambilalihan Taliban atas Afghanistan dan menuntut untuk melindungi perempuan Afghanistan.
Foto: EPA-EFE/HARISH TYAGI
Reaksi seorang pengungsi Afghanistan saat ia memegang plakat yang berpartisipasi dalam protes di New Delhi, India, Senin (23/8). Ratusan aktivis dari berbagai organisasi kiri dan pengungsi Afghanistan mengadakan protes terhadap pengambilalihan Taliban atas Afghanistan dan menuntut untuk melindungi perempuan Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain pada saat itu juga dalam upaya putus asa untuk menghindari Taliban. Mereka adalah gadis-gadis yang hidupnya dalam bahaya hanya karena memilih untuk bermain olahraga yang disukai.

Upaya internasional untuk mengevakuasi anggota tim sepak bola putri nasional Afghanistan, bersama dengan lusinan anggota keluarga dan staf federasi sepak bola, mengalami kemunduran besar pekan lalu. Kondisi itu terjadi akibat bom bunuh diri di bandara Kabul yang menewaskan 169 warga Afghanistan dan 13 anggota layanan Amerika Serikat (AS)selama pengangkutan udara yang mengerikan.

Baca Juga

Usai menghadapi ketakutan dan putus asa, gadis-gadis itu kini khawatir apakah berbagai pihak, termasuk AS, mampu menyelamatkan mereka dan keluarga. "Mereka hanya perempuan muda yang luar biasa yang seharusnya bermain di halaman belakang, bermain di ayunan, bermain dengan teman-teman mereka, dan di sini mereka berada dalam situasi yang sangat buruk karena tidak melakukan apa-apa selain bermain sepak bola," kata mantan kepala staf kongres dan pejabat Gedung Putih di bawah Presiden George W. Bush yang pernah bekerja dengan pasukan khusus di Afghanistan, Robert McCreary.

Sebagian besar anggota tim putri Afghanistan yang dibentuk pada 2007 dievakuasi ke Australia pekan lalu. Namun, anak perempuan, usia 14-16 tahun dan keluarga mereka juga bisa menjadi sasaran Taliban.

Kapten tim nasional perempuan Afghanistan yang tinggal di Kanada, Farkhunda Muhtaj, menyatakan mereka menjadi sasaran bukan hanya karena perempuan dan anak perempuan dilarang berolahraga. Akan tetapi karena kelompok ini pendukung anak perempuan dan anggota aktif komunitas.

"Mereka hancur. Mereka putus asa, mengingat situasi yang mereka hadapi,” katanya yang terus berhubungan dengan gadis-gadis itu dan mendesak mereka untuk tetap tenang.

McCreary dan Muhtaj menyatakan terdapat lima upaya yang gagal untuk menyelamatkan gadis-gadis itu dalam beberapa hari terakhir karena mereka dipindahkan untuk keselamatan mereka. Upaya penyelamatan yang rumit didorong dengan jumlah kelompok berjumlah 133 orang, termasuk 26 anggota tim serta orang dewasa dan anak-anak lainnya, termasuk bayi. Banyak yang tidak memiliki paspor atau dokumen lain yang diperlukan untuk naik pesawat dari Kabul.

Misi yang disebut Operation Soccer Balls ini pun bekerja dengan negara lain. Upaya ini diharapkan membuat gadis-gadis itu pada akhirnya akan menetap di AS. McCreary mengatakan Australia, Prancis, dan Qatar telah menyatakan minatnya untuk membantu. Dia juga mendesak Taliban untuk memudahkan jalan keluar bagi kelompok itu untuk menciptakan niat baik.

"Jika kita dapat menempatkan gelembung pelindung di sekitar wanita dan gadis muda ini, saya benar-benar percaya dunia akan berdiri dan memperhatikan dan memiliki banyak tawaran untuk menerima mereka dan menampung mereka," kata McCreary.

Veteran CIA dan Angkatan Udara yang mendirikan DeliverFund yang berbasis di Dallas, Nic McKinley, mengatakan mengerti AS difokuskan pada relokasi warga Afghanistan yang membantu pasukan AS. Akan tetapi orang lain juga membutuhkan bantuan. Organisasi nirlabanya telah mengamankan perumahan untuk 50 keluarga Afghanistan.

"Bagaimana dengan gadis kecil yang hanya ingin menendang bola di sekitar lapangan dan ingin melakukannya dengan baik, dan telah bekerja keras untuk melakukannya di tingkat kelas dunia yang tiba-tiba menemukan dirinya dalam bahaya hanya karena dia hanya ingin berolahraga? Dan memiliki gairah untuk bermain olahraga itu?" ujar McKinley.

"Satu-satunya kesalahan yang mereka lakukan di mata Taliban adalah fakta bahwa mereka terlahir sebagai perempuan dan mereka memiliki keberanian untuk bermimpi melakukan sesuatu," kata McKinley.

McCreary mengatakan tim penyelamat merasa bertanggung jawab secara pribadi karena AS membantu gadis-gadis pergi ke sekolah dan bermain sepak bola. "Kita harus melindungi mereka sekarang. Mereka seharusnya tidak berada dalam bahaya untuk hal-hal yang kami bantu mereka lakukan," ujarnya.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement