REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Siswa Afghanistan kembali ke sekolah di bawah rezim Taliban dan mereka merasa khawatir dan putus asa tentang masa depan mereka. Meskipun para pemimpin Taliban telah berjanji tidak mengulangi praktik brutal yang mereka gunakan ketika mereka berkuasa antara 1996 dan 2001, tapi masyarakat Afghanistan tidak percaya.
"Saya berharap pemerintah Taliban akan menepati janjinya dan melakukan apa yang mereka katakan sehingga siswa dapat melanjutkan studi mereka," kata salah satu guru di sekolah Afghanistan Sadia Sherifian dikutip dari Euro News, Jumat (3/9).
Kemudian, ia melanjutkan telah banyak pelecehan terhadap perempuan selama pemerintahan Taliban sebelumnya. Itu sebabnya anak perempuan merasa tidak aman pergi ke sekolah.
Menurutnya, ada sekitar 45 hingga 50 siswa di ruang kelas sebelum Taliban mengambil alih. Sekarang hanya ada sekitar 15 siswa di kelas.
Para siswa yang mengisi meja di ruang kelas berbicara tentang kecemasan dan kekhawatiran mereka. "Kami tiba di sekolah dalam bahaya, mengkhawatirkan masa depan kami," kata salah satu siswa.
Seorang dosen universitas mengatakan perempuan merupakan 48,5 persen dari angkatan kerja di negara ini dan mereka tidak mengizinkan perempuan bekerja, seperti yang dikhawatirkan akan banyak orang yang berdampak tidak hanya secara sosial tetapi juga secara ekonomi.