Senin 06 Sep 2021 09:12 WIB

Taliban Tahan Empat Pesawat Evakuasi

Penerbangan yang ditahan Taliban termasuk berisi warga AS

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Pesawat diparkir di landasan Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan militer AS, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai penuh bandara Kabul pada Selasa, setelah pesawat AS terakhir meninggalkannya landasan pacu, menandai berakhirnya perang terpanjang Amerika.
Foto: AP/Khwaja Tawfiq Sediqi
Pesawat diparkir di landasan Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan militer AS, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai penuh bandara Kabul pada Selasa, setelah pesawat AS terakhir meninggalkannya landasan pacu, menandai berakhirnya perang terpanjang Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sekitar empat pesawat disewa untuk mengevakuasi ratusan orang dari Afghanistan setelah pengambilalihan Taliban tidak dapat meninggalkan negara itu selama berhari-hari. Laporan yang saling bertentangan muncul tentang alasan penerbangan tidak dapat lepas landas.

Anggota peringkat Komite Urusan Luar Negeri House of Representatives, Rep. Michael McCaul dari Texas, mengklaim pada Fox News Sunday bahwa Taliban mencegat pesawat yang akan terbang. Dalam kelompok penumpang pesawat itu termasuk warga Amerika Serikat (AS).

Baca Juga

Taliban mencegah mereka berangkat dinilai sebagai menahan sandera. Namun, perwakilan tersebut tidak mengungkapkan sumber informasi itu.

McCaul mengatakan total enam pesawat ditahan di bandara dengan warga AS dan penerjemah Afghanistan di dalamnya. "Saya mengerti, nol. Dan, faktanya, kami memiliki enam pesawat di Bandara Mazar Sharif, enam pesawat dengan warga negara Amerika saat saya berbicara, juga dengan penerjemah ini, dan Taliban menyandera mereka untuk tuntutan sekarang," kata McCaul ketika ditanya tentang berapa banyak warga AS dan pengungsi yang meninggalkan Afghanistan setelah penarikan selesai.

"Negara telah membersihkan penerbangan ini dan Taliban tidak akan membiarkan mereka meninggalkan bandara," ujar McCaul.

Baca juga : Pasukan di Panjshir Buka Negosiasi dengan Taliban

Anggota kongres menegaskan bahwa Taliban menciptakan situasi untuk menuntut lebih, entah berupa uang tunai atau legitimasi sebagai pemerintah Afghanistan. "Mereka sudah duduk di bandara selama beberapa hari terakhir, pesawat-pesawat ini, dan mereka tidak diizinkan pergi. Kami tahu alasannya karena Taliban menginginkan sesuatu sebagai gantinya," katanya.

Pejabat Afghanistan di bandara di kota utara Mazar-e-Sharif yang dikutip dalam laporan AP pada Ahad (5/9) mengatakan, banyak dari mereka tidak memiliki paspor atau visa. Kondisi itu membuat mereka tidak dapat meninggalkan Afghanistan. Dia menyatakan bahwa mereka telah meninggalkan bandara saat masalah sedang diselesaikan.

Selain itu, pejabat itu menjelaskan, pesawat yang tertahan hanya ada empat. Penumpang tertahan tinggal di hotel, sementara pihak berwenang mencari tahu apakah mereka dapat meninggalkan negara itu. Hal itu karena banyak orang yang tidak memiliki dokumen perjalanan yang layak.

Mengutip warga Mazar-e-Sharif, para penumpang telah meninggalkan bandara dan setidaknya sepuluh keluarga terlihat menunggu keputusan di sebuah hotel setempat. Namun, tidak satu pun dari mereka dilaporkan memiliki paspor atau visa. Mereka mengaku telah bekerja untuk perusahaan yang memiliki hubungan dengan militer AS atau Jerman, sementara calon penumpang lainnya terlihat di restoran.

Menurut laporan tersebut, bandara Mazar-e-Sharif baru-baru ini mulai menangani penerbangan internasional, dengan hanya penerbangan ke Turki sejauh ini. Jet yang dimaksud sedang dalam perjalanan ke Doha, Qatar. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement