REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Pihak berwenang Libya telah membebaskan Saadi Gaddafi, putra mantan pemimpin Muammar Gaddafi yang digulingkan dan dibunuh selama pemberontakan 2011. Hal ini disampaikan media.
Pria berusia 47 tahun itu segera berangkat dengan pesawat ke Istanbul, kata seorang sumber resmi kepada kantor berita Reuters, pada Ahad lalu.
Selama pemberontakan 2011, Saadi Gaddafi melarikan diri ke Niger tetapi diekstradisi ke Libya pada 2014 dan telah dipenjarakan di Tripoli sejak itu. Dilansir dari laman Aljazeera, Senin (6/9).
Mantan pesepakbola profesional itu dituduh melakukan kejahatan yang dilakukan terhadap pengunjuk rasa pada 2011 dan membunuh pelatih sepak bola Libya Bashir al-Rayani pada 2005.
Dia dibebaskan dari pembunuhan al-Rayani pada April 2018.
Sebuah sumber di kantor kejaksaan mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa jaksa kepala meminta, beberapa bulan lalu, untuk mengeksekusi keputusan yang berkaitan dengan Saadi Gaddafi segera setelah semua persyaratan yang diperlukan dipenuhi.
Dia bebas tinggal di negara itu atau pergi, sumber informasi itu menambahkan.
Libya telah mengalami kekacauan, perpecahan dan kekerasan dalam 10 tahun sejak pemberontakan. Selain Muammar Gaddafi, tiga putranya juga tewas.
Gencatan senjata pada tahun 2020 mengakhiri pertempuran antar faksi dan membuka jalan bagi pembicaraan damai dan pembentukan pemerintahan transisi pada Maret. Pemilihan direncanakan pada Desember.
Sebuah sumber resmi mengatakan kepada Reuters bahwa pembebasan Saadi Gaddafi dihasilkan dari negosiasi yang melibatkan tokoh masyarakat senior dan Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibeh.
Sumber lain mengatakan kepada agensi bahwa negosiasi juga melibatkan mantan Menteri Dalam Negeri Fathi Bashagha.
Pada Juli surat kabar New York Times mengatakan telah mewawancarai saudara laki-laki Saadi, Saif al-Islam Gaddafi, yang ditahan selama bertahun-tahun di kota Zintan, karena para pendukungnya mengindikasikan dia akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden mendatang.
Fuji E Permana