Selasa 07 Sep 2021 15:10 WIB

Gejala Covid-19 yang Mungkin Menetap Selamanya

Tak ada satu pun yang bisa memprediksi siapa yang akan alami gejala persisten.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Gejala Covid-19 yang mungkin menetap selamanya (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Gejala Covid-19 yang mungkin menetap selamanya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang yang terdiagnosis Covid-19 bisa sembuh dalam waktu singkat. Namun, ada pula penyintas Covid-19 yang masih harus bergelut dengan gejala berkepanjangan meski sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19. Kondisi ini dikenal sebagai long Covid.

Saat ini, ahli menilai ada beberapa gejala Covid-19 yang mungkin akan menetap seterusnya pada sebagian penyintas. Akan tetapi, belum bisa diprediksi siapa yang mungkin akan mengalami gejala seperti ini.

"Tak satu pun dari kita yang bisa memprediksi siapa yang akan mengalami gejala persisten," jelas direktur medis dari klinik long-COVID di UC San Francisco Lekshmi Santhosh MD, seperti dilansir Eat This Not That, Selasa (7/9).

Ahli menilai ada beberapa gejala Covid-19 yang mungkin akan menetap selamanya pada penyintas. Berikut ini adalah delapan gejala di antaranya:

1. Kelelahan

Kelelahan merupakan gejala yang cukup umum dikeluhkan oleh orang-orang yang sudah pulih dari Covid-19. Kelelahan ini bisa dalam tingkat yang ringan hingga berat, dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan. 

Gejala ini membuat penyintas Covid-19 kesulitan untuk bekerja dan melakukan aktivitas sehari-hari. Beberapa studi menunjukkan bahwa kelelahan merupakan gejala long Covid paling umum.

2. Brain fog

Kesulitan berkonsentrasi atau brain fog juga cukup sering dikeluhkan oleh orang-orang yang mengalami long Covid. National Institute of Health memperkirakan ada sekitar 30 persen penyintas Covid-19 yang mengalami gejala neurologis atau psikiatri, salah satunya adalah brain fog. Dua hal yang diperkirakan memicu brain fog adalah inflamasi akibat Covid-19 pada otak atau SARS-CoV-2 membuat pasokan oksigen atau darah ke otak berkurang.

3. Sulit bernapas

Menurut Johns Hopkins Medicine, kasus Covid-19 yang berat dapat menyebabkan luka atau masalah permanen lain pada paru-paru. Bahkan, aksus Covid-19 yang ringan juga bisa menyebabkan sesak napas yang persisten, seperti mudah ngos-ngosan setelah melakukan aktivitas ringan.

4. Disautonomia

Sistem komunikasi yang tak lancar antara otak dan saraf dikenal sebagai disautonimia. Kondisi ini bisa ditemukan pada sebagian penyintas Covid-19. 

Beberapa gejala yang mungkin muncul adalah masalah bernapas, tidur, dan pencernaan. Gejala lain yang juga dapat terjadi adalah sakit kepala migrain, kebas pada kaki dan tangan, merasakan sensori berlebih, sesak napas yang dipicu kecemasan, dan peningkatan detak jantung.

5. Masalah jantung

Sebagian kasus Covid-19 berkaitan dengan masalah kesehatan jantung. Salah satu di antaranya adalah inflamasi pada otot jantung atau miokarditis. Sebuah studi menunjukkan bahwa sekitar 60 persen orang yang pulih dari Covid-19 menunjukkan adanya tanda inflamasi jantung yang sedang ebrlangsung, yang dapat menyebabkan gejala sesak napas, palpitasi, dan detak jantung cepat.

6. POTS

Sindrom takikardia ortostatik postural (POTS) dapat membuat seseorang merasa pusing, seperti akan pingsan, atau mengalami detak jantung yang cepat ketika beranjak bangun dari posisi duduk. Kondisi ini banyak dialami oleh penderita long Covid-19. Belum diketahui mengapa gejala  POTS bisa muncul sebagai gejala long Covid.

7. Nyeri dada

Keluhan lain yang kerap dilaporkan penyintas Covid-19 adalah nyeri dada. Nyeri dada ini bisa berkaitan dengan costochondritis atau peradangan pada tulang rawan yang menghubungkan antara tulang rusuk dengan tulang dada. Nyeri terkadang disertai dengan pembengkakan, kondisi ini dikenal sebagai sindrom Tietze. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement