Rabu 08 Sep 2021 14:26 WIB

Pekan Depan, Pabrik Baterai Mobil Listrik Mulai Dibangun

Pabrik baterai didahulukan sebab seharusnya Indonesia bisa mengolah nikel yang ada.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Bahlil mengatakan, pembangunan pabrik baterai dimulai pekan depan.
Foto: ANTARA/Jessica Helena Wuysang
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Bahlil mengatakan, pembangunan pabrik baterai dimulai pekan depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, menyampaikan, peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan pabrik baterai sel untuk mobil listrik di Indonesia akan dilakukan pada Rabu (15/9) pekan depan. BKPM berharap dibangunnya pabrik tersebut bakal mendorong industrialisasi komoditas nikel yang dimiliki Indonesia.

"Besok, tanggal 15 September groundbreaking pembangunan pabrik baterai sel LG yang diteken awal 2021 dengan total investasi 9,8 miliar dolar AS. Jadi besok kita sudah mulai," kata Bahlil dalam webinar, Kamis (8/9).

Baca Juga

Bahlil mengatakan, BKPM sengaja untuk mulai memprioritaskan industrialisasi di sisi hilir terlebih dahulu dengan membangun pabrik baterai. Sebab, jika pemerintah memulai dari sisi hulu, bukan tidak mungkin Indonesia kembali menjadi eksportir barang mentah atau barang setengah jadi.

"Kita bangun dulu baterai sel, bukan smelter karena itu tidak menutup kemungkinan malah barang setengah jadi yang kita kirim," kata Bahlil menambahkan.

Ia memaparkan, sumber daya alam berupa nikel menjadi kekayaan Indonesia yang harus dikelola dengan tepat. Sebanyak 25 persen cadangan nikel dunia, kata Bahlil, juga terdapat di Indonesia. Karena itu, seharusnya Indonesia bisa memproduksi suatu produk jadi bernilai tambah dari sumber daya nikel yang dimiliki agar lebih memberikan manfaat ekonomi.

Baca juga : Hutama Karya Ajukan PMN 2022 Rp 31 Triliun

Diketahui, pabrik baterai sel tersebut dibangun oleh Konsorsium LG asal Korea Selatan dengan PT Industri Baterai Indonesia di Bekasi, Jawa Barat. Adapun kapasitas pembangunan pabrik tahap pertama akan mencapai 10 giga watt per jam dengan nilai investasi 1,2 miliar dolar AS. Adapun pabrik ditargetkan sudah beroperasi pada 2023 mendatang.

Bahlil mengatakan, jika industri baterai sudah dibangun, selanjutnya pemerintah menyiapkan industri prekursor dan katoda untuk mendukung integrasi industri baterai sel mobil listrik.

"Kalau sudah ada baterai sel, katoda dan perkursor, baru kemudian smelter. Ini strategi berkelanjutan agar sumber daya alam kita tidak dikirim barang mentah. Saya akui ini tidak gampang, tapi harus yakin," ujarnya.

Ia juga menegaskan, pemerintah bakal ketat terhadap masuknya tenaga kerja asing bagi aliran investasi asing yang masuk ke Indonesia. TKA hanya diperbolehkan untuk posisi tertentu dan tidak akan ada toleransi bagi pemasukan TKA.

Pengawasan tersebut juga diyakini lebih mudah karena seluruh perizinan sudah melalui sistem terintegrasi Online Single Submission (OSS) yang menjadi instrumen pemerintah meningkatkan aliran investasi. "Saya tidak pernah toleransi untuk pekerja asing yang tidak memenuhi syarat karena tujuan kita mendatangkan investasi untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat," ujar dia. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement