Rabu 08 Sep 2021 18:57 WIB

AS Siapkan Strategi Perangi Penyebaran Varian Delta

Pemerintahan Biden mengapresiasi perusahaan dan lembaga yang wajibkan vaksin.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
 Presiden Joe Biden.
Foto: AP/Evan Vucci
Presiden Joe Biden.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mempersiapkan enam strategi untuk memerangi penyebaran Covid-19 varian Delta. Rincian mengenai hal itu dijadwalkan diumumkan pada Kamis (9/9).

Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengungkapkan, guna mengendalikan pandemi, strategi Biden bakal diterapkan di seluruh sektor publik dan swasta. Psaki mengatakan, Gedung Putih akan memberikan rincian lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Baca Juga

Saat ditanya perihal vaksinasi, Psaki mengungkapkan, pemerintah tidak dapat secara luas mewajibkan setiap warga AS berpartisipasi dalam program vaksinasi. Kendati demikian, pemerintahan Biden mengapresiasi upaya perusahaan, universitas, dan lembaga lainnya yang mewajibkan orang-orang di lingkungan tersebut divaksinasi.

“Kita perlu terus mengambil lebih banyak langkah untuk memastikan distrik sekolah siap dan memastikan masyarakat di seluruh negeri siap,” ucapnya pada Selasa (7/9).

Joe Biden dijadwalkan bertemu dengan penasihat Covid-19 Gedung Putih pada Rabu (8/9). Sebelumnya Biden telah mengumumkan rencana untuk menawarkan vaksin booster secara luas sambil menunggu persetujuan peraturan. Para penasihat US Food and Drug Administration diagendakan bertemu pada 17 September untuk mempertimbangkan kemungkinan pemberian vaksin dosis ketiga menggunakan Pfizer-BioNTech.

Dosis booster sudah disetujui oleh regulator AS untuk orang dengan sistem kekebalan yang terganggu. Menurut US Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sebanyak 62,3 persen orang Amerika telah menerima setidaknya satu dosis vaksin. Sementara 53 persen lainnya dari total 176 juta orang telah divaksinasi penuh.

Sejauh ini AS merupakan negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia. Negara tersebut telah melaporkan lebih dari 40 juta kasus dengan korban meninggal sekitar 650 ribu jiwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement