REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus Covid-19 parah pada individu yang telah divaksinasi sejatinya masih sangat jarang terjadi. Sebuah studi kecil namun kuat dari para peneliti Yale University mengungkap tentang karakteristik infeksi Covid-19 yang parah pada individu yang telah divaksinasi penuh.
Meskipun jenis infeksi yang disebut terobosan Covid-19 ini sangat jarang, penelitian membantu dokter memahami pasien mana yang paling berisiko khususnya yang memiliki status vaksinasi. Studi baru, yang diterbitkan dalam The Lancet Infectious Diseases, mengamati sekitar 1.000 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit di Yale New Haven Health System antara Maret dan Juli tahun ini. Sebanyak 54 di antaranya telah divaksinasi penuh.
Dari 54 pasien yang divaksinasi lengkap itu, sekitar setengahnya benar-benar tidak menunjukkan gejala, dirawat di rumah sakit karena alasan lain dan status Covid-19 mereka hanya diketahui melalui pengujian SARS-CoV-2 insidental. Sebanyak 14 pasien berakhir sakit kritis, membutuhkan dukungan oksigen, dan empat berakhir dalam perawatan intensif. Tiga dari pasien ini akhirnya meninggal karena Covid-19.
Usia rata-rata dari 14 pasien Covid-19 yang sakit parah adalah 80 tahun, dan beberapa penyakit penyerta yang sudah ada sebelumnya juga dicatat dalam penelitian ini. Sejumlah 12 pasien menderita penyakit kardiovaskular, sembilan orang dengan kelebihan berat badan, tujuh pasien menderita diabetes, dan tujuh lainnya memiliki penyakit paru-paru yang sudah ada sebelumnya.
Artinya, kelompok yang lebih rentan adalah usia lebih tua dan punya penyakit penyerta atau komorbid. Hyung Chun, penulis senior dalam penelitian tersebut, mengatakan sebagian besar pasien yang divaksinasi lengkap dan terinfeksi SARS-CoV-2 mengalami penyakit yang sangat ringan. Penelitian ini sangat penting dalam membantu memahami faktor-faktor apa saja yang meningkatkan risiko orang yang divaksinasi penuh terhadap Covid-19 parah.
“Kasus (terobosan) ini sangat jarang, tetapi menjadi lebih sering karena varian muncul dan lebih banyak waktu berlalu sejak pasien divaksinasi,” kata Chun, dilansir New Atlas, Jumat (10/9).
Mengidentifikasi siapa yang lebih mungkin mengembangkan penyakit Covid-19 parah setelah vaksinasi akan sangat penting untuk upaya berkelanjutan guna mengurangi dampak dari infeksi terobosan ini. Hal yang penting, studi khusus ini mencakup periode waktu sebelum varian Delta menjadi dominan di Amerika Serikat. Chun mengatakan tidak jelas pada tahap ini apakah Delta mengarah ke infeksi terobosan yang lebih parah.
“Jelas bahwa vaksin sangat efektif, dan tanpa itu kita akan menghadapi pandemi yang jauh lebih mematikan. Sekuat apa pun vaksinnya, dengan varian yang muncul dan peningkatan kasus terobosan infeksi, kita perlu terus waspada dalam mengambil langkah-langkah seperti masker dalam ruangan dan jarak sosial,” jelasnya.