REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai, kehadiran perusahaan induk (holding) BUMN ultramikro dapat melepaskan pelaku usaha sektor tersebut dari jeratan rentenir.
"Holding BUMN ultramikro dapat menjadi disrupsi bagi para rentenir. Ini harapan saya," ujar Eko saat dihubungi di Jakarta, Selasa (14/9).
Menurut dia, holding dapat memberikan kontribusi nyata terutama dalam peningkatan akses pembiayaan yang lebih murah dan mudah kepada pelaku usaha ultramikro yang selama ini dibayang-bayangi ancaman jeratan rentenir.
Di samping itu, holding BUMN juga dibentuk dalam rangka mendorong pelaku usaha ultramikro dan UMKM, sehingga mereka dapat membangun ekosistem kewirausahaan yang sangat dibutuhkan pelaku usaha di Indonesia.
"Holding ultramikro dihadirkan bukan sekadar untuk mengejar pemberian akses pembiayaan yang murah dan mudah, namun sesungguhnya di dalam holding tersebut juga banyak memiliki model-model pemberdayaan lewat berbagai macam platform bisnis yang dibangun dan disesuaikan dengan karakteristik pelaku usaha ultramikro," kata Eko.
Holding BUMN ultramikro yang melibatkan tiga entitas yakni BRI, Pegadaian, dan PNM resmi terbentuk, seiring dilakukannya penandatanganan Akta Inbreng saham pemerintah pada Pegadaian dan PNM sebagai penyertaan modal negara kepada BRI selaku induk pada Senin (13/9).
Penandatanganan dilakukan Menteri BUMN Erick Thohir bersama dengan Direktur Utama BRI Sunarso, dan dihadiri Direktur Utama Pegadaian Kuswiyoto, dan Direktur Utama PNM Arief Mulyadi serta Wakil Direktur Utama BRI yang sekaligus sebagai Ketua PMO (Project Management Office) Tim Privatisasi BRI Catur Budi Harto.
Erick Thohir mengatakan, peresmian tersebut menjadi tonggak bersejarah berdirinya holding yang memiliki visi ekonomi kerakyatan.