Jumat 17 Sep 2021 19:28 WIB

Sekjen MUI: Beda Bentuk Bhineka, Jangan Samakan Semua Agama

Sekjen MUI menggarisbawahi pentingnya toleransi keyakinan orang lain

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Amirsyah Tambunan, menggarisbawahi pentingnya toleransi keyakinan orang lain
Foto: dok. Istimewa
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Amirsyah Tambunan, menggarisbawahi pentingnya toleransi keyakinan orang lain

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sekretaris Jenderal  Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Amirsyah Tambunan, mengajak semua pihak termasuk Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman  untuk memahami konstusi terkait negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. 

Dia mengatakan,  sebagai pemeluk  agama Islam meyakini agamanya yang benar, tentu tidak bisa disamakan dengan agama lain. 

Baca Juga

Menurut Buya Amirsyah, ketidaksamaan keyakinan itulah sesungguhnya bentuk Kebhinekaan yang meniscayakan agama dan keyakinan berbeda atau tidak sama yang dianut masing-masing pemeluk agama. "Jadi saya mengingatkan jangan disamakan semua agama," kata Buya Amirsyah. 

Sebelumnya diihadapan para prajurit, Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen TNI Dudung Abdurachman mengingatkan jajarannya untuk tak bersikap fanatik terhadap agama. Menurut Dudung, semua agama sama di mata Tuhan Yang Maha-Esa. 

"Bijaklah dalam bermain media sosial sesuai dengan aturan yang berlaku bagi prajurit. Hindari fanatik yang berlebihan terhadap suatu agama. Karena semua agama itu benar di mata Tuhan," kata Dudung.

 

Buya Amirsyah mengatakan justru perbedaan termasuk kebenaran hanya milik Tuhan yang Maha Tahu.

Sebab kebenaran ada dua yaiut pertama, kebenaran hakikat hanya Allah yang Mahatahu. 

Kedua, kebenaran syariat  merupakan kebenaran yang diturunkan Allah SWT kepada manusia bersifat relatif, karena ada proses pemikiran  manusia dalam memahami kebenaran.  

Sekarang lanjut Sekjen MUI, pertanyaan bagaimana Pangkostrad tahu bahwa semua agama benar itu benar di mata Tuhan?  

"Pertanyaan berikutnya Tuhan yang mana? Karena masing-masing agama mempunyai konsep Tuhan yang berbeda," jelasnya.

Dia menambahkan, dalam memahami kebenaran ada dua, kebenaran hakikat milik Tuhan dan kebenaran syariat milik manusia. Kedua kebenaran terdapat persamaan dan perbedaan. 

Tentu beliau  juga akan sulit memberikan jawaban, karena soal internum keyakinan agama masing-masing tidak boleh di intervensi. “Bagimu agamu  dan bagiku agamaku  (lakum dinukum waliyadin).” 

"Dalam kaitan ini fanatik itu penting untuk membela,  menghormati  agama masing-masing," kata dia. 

Oleh sebab itu Buya Amirsyah mengajak pejabat negara termasuk Pangkostrad, sesuai arahan beliau agar bijak membuat pernyataan.  

Dan hendaknya lebih fokus membina kesiapan operasional atas segenap jajaran Komandonya dan menyelenggarakan Operasi Pertahanan Keamanan tingkat strategis sesuai dengan kebijaksanaan Panglima TNI. Apalagi saat ini kita masih berjuang menghadapi pandemi Covid 19 dan dampaknya.  

Sekali lagi dia mengingatkan soal agama sudah ada ahlinya para ulama, ustadz dan cendekiawan yang memiliki otoritas dan keahlian  untuk menjelaskan kepada semua pihak termasuk kepada prajurit TNI.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement