REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyerukan dimulainya kembali dialog antara negaranya dan Korea Utara (Korut). Ia berharap Pyongyang dapat melanjutkan pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS).
“Untuk memastikan bahwa perdamaian yang komprehensif dan abadi akan mulai mengakar kuat di Semenanjung Korea, Korsel tetap berkomitmen penuh untuk melakukan bagiannya,” kata Moon dalam pidatonya di sesi ke-76 Majelis Umum PBB pada Selasa (21/9).
Dia mengungkapkan, perdamaian di Semenanjung Korea selalu dimulai dengan dialog dan kerja sama. “Saya menyerukan dimulainya kembali dialog antara kedua Korea dan antara AS serta Korut,” ujarnya.
Dia menekankan, Korsel berdiri untuk Semenanjung Korea yang makmur dan bebas nuklir. “Korsel terus melanjutkan proses perdamaian Semenanjung Korea, dan di tengah dukungan masyarakat internasional mencapai tonggak bersejarah,” katanya, merujuk pada berbagai deklarasi yang ditandatangani dengan Korut.
Dia berharap Semenanjung Korea dapat membuktikan dialog dan kerja sama dalam mendorong perdamaian. “Saya sekali lagi mendesak masyarakat negara-negara untuk memobilisasi kekuatannya untuk deklarasi akhir perang di Semenanjung Korea dan mengusulkan bahwa tiga pihak, dari dua Korea dan AS, atau empat pihak dari dua Korea, AS serta China berkumpul dan menyatakan bahwa perang di Semenanjung Korea telah berakhir,” ucapnya.
Moon berpendapat, ketika kedua Korea dan negara-negara sekitarnya bekerja bersama, perdamaian bakal tercipta di Semenanjung Korea. Jika hal itu terjadi, kemakmuran akan tumbuh seluruh Asia Timur Laut. “Itu akan menjadi model Semenanjung Korea di mana perdamaian dicapai melalui kerja sama,” ujarnya.
Dia pun mendesak Korut bersiap menghadapi perubahan yang sesuai dengan era komunitas global. “Saya berharap masyarakat internasional, bersama dengan Korea, tetap selalu siap dan bersedia menjangkau Korut dalam semangat kerja sama,” kata Moon.
Korsel dan Korut terlibat dalam peperangan pada 1950-1953. Perang itu berakhir dengan gencatan senjata. Hingga kini, kedua negara tersebut belum menandatangani perjanjian damai.