Jumat 01 Oct 2021 12:53 WIB

Apakah Sudah Divaksinasi Sinovac Bisa Pergi ke Australia?

Apakah Sudah Divaksinasi Sinovac Bisa Pergi ke Australia? Ini Penjelasannya

Red:
Vaksin Sinovac dan Australia
Vaksin Sinovac dan Australia

Kota Melbourne mencatat angka penularan harian tertinggi hari Kamis (30/09). Sebanyak 1.483 orang dinyatakan positif COVID-19, sehingga jumlah kasus aktif mencapai lebih dari 11.000 orang.

Sementara kasus di Sydney telah menurun dari sebelumnya, namun masih tinggi dengan lebih dari 900 kasus baru dan enam kematian pada hari Kamis.

Kedua kota besar tersebut tetap akan melonggarkan aturan untuk bisa kembali ke kehidupan normal, meski sejumlah pakar kesehatan telah memperingatkan Australia masih akan terus melihat peningkatan angka penularan akibat varian Delta.

Hingga saat ini sekitar 53 persen warga Australia sudah mendapatkan dua dosis vaksin COVID-19, artinya kurang dari setengah warga di Australia yang baru menerima satu dosis.

Akhir Juli lalu, PM Australia Scott Morrison mengatakan Australia akan membuka kembali perbatasan dan 'lockdown' tidak lagi akan diberlakukan jika 80 penduduknya sudah divaksinasi penuh.

Berikut ini sejumlah pertanyaan yang banyak diajukan terkait kondisi terakhir pandemi COVID-19:

 

Mengapa kasus covid-19 tetap meningkat padahal sudah 'lockdown'?

Kita bertanya kepada Mary-Louise McLaws, seorang Profesor Epidemiologi di University of New South Wales, yang juga penasihat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Menurutnya ada beberapa faktor yang menjelaskan mengapa penularan selama 'lockdown' malah naik.

"Lockdown hanya berhasil ketika orang mematuhi aturan 100 persen," katanya.

Menteri Utama di negara bagian Victoria, Premier Daniel Andrews mengatakan ratusan bahkan ribuan penularan disebabkan karena orang yang melanggar peraturan pembatasan aktivitas, seperti tidak boleh saling berkunjung ke rumah.

Pemerintah Victoria mengatakan pertemuan ilegal, pesta di rumah-rumah saat final AFL, atau sepakbola gaya Australia, akhir pekan kemarin menjadi penyebab naiknya angka penularan mendekati 1.500 orang dalam sehari.

Mary-Louise menekankan pentingnya membatasi kontak, yakni hanya sebatas pada keluarga satu rumah saja.

Menurutnya "keluarga" seringkali diartikan secara luas, namun selama pandemi COVID-19, keluarga hanya sebatas pada satu rumah tangga saja, bukan seluruh keluarga besar.

Mary-Louise juga mengatakan pentingnya penggunaan tes rapid antigen, yang rencananya akan bisa dilakukan oleh warga Australia di rumah mulai November mendatang.

"Sejauh ini, kita tidak begitu menggunakan tes antigen cepat untuk pekerja layanan penting. Meskipun terkadang staf diberikan tes PCR, mereka tidak melakukannya setiap hari. Jadi, secara tidak sengaja, beberapa orang mungkin menularkan virus di tempat kerja," jelasnya.

 

Mengapa masih ada yang tertular saat vaksinasi sudah mendekati target?

Semua jenis vaksin Covid-19 yang tersedia saat ini tentu tidak melindungi tubuh kita dari tertular dari virus corona.

Tapi vaksinasi secara efektif bisa menghindari kita dari sakit yang lebih parah saat tertular, sehingga menekan risiko untuk dirawat di rumah sakit atau bahkan meninggal dunia.

"[Pfizer dan AstraZeneca] mengurangi risiko rawat inap hingga antara 76 dan 77 persen untuk dosis pertama. Dengan dosis kedua, angka itu menjadi antara 94 dan 96 persen. Itu bagus sekali," kata Mary-Louise.

"Namun, dengan dosis pertama AstraZeneca dan Pfizer, risiko penyakit simtomatik hanya berkurang sebesar 33 persen. Itu tidak banyak," jelasnya.

Tak hanya itu, varian Delta juga mempengaruhi mengapa orang yang divaksinasi masih bisa tertular dan menularkan.

"Itu berdampak pada kemanjuran untuk mencegah infeksi simtomatik. Dengan dosis kedua AstraZeneca, risiko infeksi simtomatik turun menjadi sekitar 61 persen… dengan dosis kedua Pfizer angka itu adalah pada pertengahan 70-an," ujarnya.

"Tetapi jelas bahwa kedua vaksin tersebut tidak benar-benar dapat mencegah infeksi mutasi yang disebut Delta."

Delta diakui sebagai varian virus corona yang lebih mengkhawatirkan sejak bulan Mei 2021 dan terbukti sangat sulit dikendalikan pada populasi yang tidak divaksinasi.

Varian ini memiliki karakter lebih cepat menular, sehingga menyebabkan lebih banyak rawat inap, bahkan kematian.

Karenanya walaupun kita sudah menerima dua dosis vaksin, masih tetap bisa tertular varian Delta tanpa menunjukkan gejala, atau dikenal dengan istilah 'silent COVID', seperti dijelaskan Mary-Louise.

 

Jadi kapan Australia akan disebut aman untuk bisa buka perbatasan?

Menurut Mary-Louise, dari perspektif manajemen wabah, kelompok yang paling berisiko terinfeksi virus corona saat ini adalah orang di bawah usia 40-an.

Tetapi pembukaan perbatasan akan membutuhkan sistem karantina di rumah yang lebih kuat.

Karena varian Delta dua kali hingga lima kali lebih menular, maka proses karantina di rumah pun akan menjadi lebih berisiko.

"Di sebagian besar rumah tangga, jika satu orang terinfeksi, semua orang menjadi terinfeksi," jelas Mary-Louise.

"Jika satu orang akan dikarantina di rumah [setelah perjalanan], seharusnya semua orang divaksinasi sepenuhnya. Kalau itu tidak mungkin, Anda harus benar-benar memikirkan hotel atau fasilitas karantina lain."

 

Saya divaksinasi dengan Sinovac, apakah akan mempengaruhi kunjungan saya ke Australia di masa depan?

Sejauh ini, lembaga Therapeutic Goods Administration (TGA) di Australia baru menyetujui 3 vaksin untuk digunakan di Australia, yakni vaksin Comirnaty (Pfizer), Vaxzevria (AstraZeneca), serta Spikevax (Moderna).

Akan tetapi, belum tentu orang yang telah menerima vaksin lain, seperti Sinovac, tidak akan diizinkan masuk ke Australia jika nanti perbatasan dibuka.

Pemerintah Australia belum mengumumkan apakah akan menerima pengunjung yang divaksinasi dengan vaksin selain dari Moderna, Pfizer dan AstraZeneca.

"Kita ada kemampuan untuk meminta orang-orang untuk melakukan tes PCR sebelum mereka naik pesawat, atau tes antigen cepat pada saat kedatangannya di Australia," kata Mary-Louise.

 

Apakah warga di Australia akan mendapatkan vaksin booster?

Seiring waktu antibodi atau kekebalan vaksin di tubuh kita akan menurun seiring waktu.

Itulah menjadi alasan beberapa negara, termasuk Indonesia, mulai memberikan vaksinasi dosis ketiga atau istilahnya 'booster', terutama bagi mereka yang berada dalam kelompok rentan tertular dan sakit parah.

"Kelompok yang akan ditawari vaksin [ketiga] akan mencakup orang-orang yang ada kondisi medis, gangguan sistem kekebalan, atau siapapun yang berusia di atas 65 tahun." ujar Mary-Louise.

Ia sudah melihat hal tersebut terjadi di Amerika Serikat dan Inggris, sehingga mungkin akan diterapkan juga di Australia.

Tapi Mary-Louise mengatakan dirinya saat ini tidak berharap jika vaksin 'booster' kemudian akan diberikan secara luas, karena sebagian besar orang di dunia masih belum menerima dosis pertama.

"Hanya 44 persen dari seluruh dunia sudah mendapat setidaknya satu dosis vaksin. Itu tidak tinggi," ujarnya.

"Penelitian lebih lanjut diperlukan tentang apakah dosis penuh dibutuhkan untuk booster atau tidak. Apakah kita membutuhkan dosis mikro? Kapan kita membutuhkan dosis itu?"

"Masih banyak yang harus dipelajari… kita harus menunggu penelitian lebih lanjut tentang itu dan mendukung negara tetangga [dengan upaya vaksinasi mereka]."

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement