Jumat 01 Oct 2021 06:36 WIB

Mentan: Pertanian Penyangga Ekonomi Saat Pandemi

Indonesia diperkirakan mempunyai ketahanan pangan saat terjadi krisis pangan dunia

Petani menarik padi hasil panennya melalui saluran irigasi di Desa Talio Hulu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Ahad (19/9/2021). Data Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan realisasi serapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kementan per 21 Agustus 2021 mencapai Rp7,85 triliun atau 48,35 persen dari pagu Rp16,25 triliun, hal tersebut mencakup kegiatan pengembangan kebutuhan pangan nasional.
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Petani menarik padi hasil panennya melalui saluran irigasi di Desa Talio Hulu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Ahad (19/9/2021). Data Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan realisasi serapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kementan per 21 Agustus 2021 mencapai Rp7,85 triliun atau 48,35 persen dari pagu Rp16,25 triliun, hal tersebut mencakup kegiatan pengembangan kebutuhan pangan nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan  pertanian merupakan satu-satunya sektor penyangga ekonomi negara selama pandemi Covid-19."Dalam masa Covid-19 ini hanya pertanian yang menyangga (ekonomi) negara 16,4 persen. (Sektor) yang lain minus," kata Syahrul Yasin Limpo saat membuka secara daring "Fiesta Singkong 2021" di Yogyakarta, Kamis (30/9).

Menurut Syahrul, Indonesia memiliki pertanian yang kuat. Dengan modal itu, Indonesia diperkirakan tetap mempunyai ketahanan pangan saat terjadi krisis pangan dunia akibat anomali cuaca."Indonesia punya daya tahan. Kalau kita tidak bisa makan beras kenapa tidak makan singkong," tutur dia.

Selain didukung SDM pertanian yang kuat, menurut Syahrul, kondisi alam seperti sinar matahari yang tak pernah putus sepanjang tahun, tanah yang subur juga ikut memperkuat potensi pertanian di Tanah Air.Kendati demikian, ia berharap tetap ada akselerasi dalam tata kelola berbagai sektor pertanian sehingga semakin mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya para petani."Pertanian adalah kebutuhan makan, pertanian adalah lapangan kerja terbesar, pertanian adalah pembangun ekonomi dasar sebuah bangsa, sebuah daerah, sebuah provinsi dan desa," kata dia.

Salah satu akselerasi yang bisa dilakukan, ujar Syahrul, adalah mengolah hasil pertanian dan tidak berhenti pada aspek budi daya. Seperti pada komoditas singkong, harus ada pengolahan pascapanen sebelum dijual."Kita tidak hanya menjual singkong seperti kemarin tapi harus bisa mengolahnya," kata dia.

Di sisi lain, ia juga berharap berbagai sektor lain seperti hotel, restoran, dan kafe (horeka) ikut mendukung penyerapan hasil pertanian, tidak terkecuali singkong."Sayang banget kalau seluruh hotel kita, seluruh restoran kita, seluruh kafe kita, menyajikan barang-barang (makanan) impor. Sementara di kafe berbagai minuman yang baik-baik itu kan dengan singkong goreng juga enak," ujar Syahrul.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement