Jumat 01 Oct 2021 14:19 WIB

Satpol PP tak Tahu Pemasang Spanduk Tolak Film G30S/PKI

Ada 10 spanduk terpasang menolak pemutaran film G30S/PKI di sekitaran Jakpus.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Erik Purnama Putra
Spanduk penolakan menonton film G30S/PKI terpasang di beberapa titik di Jakarta Pusat.
Foto: Istimewa
Spanduk penolakan menonton film G30S/PKI terpasang di beberapa titik di Jakarta Pusat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang pemutaran film Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) pada Kamis (30/9) malam WIB, beberapa spanduk penolakan yang dipasang orang tidak dikenal, muncul di beberapa titik di Jakarta Pusat (Jakpus). Selain di bilangan Sawah Besar, spanduk bertuliskan Tolak Nobar Film G30S/PKI juga ditemukan di Karang Anyar dan Gunungg Sahari.

Kepala Satpol PP Kecamatan Sawah Besar, Darwis Silitonga, mengatakan, petugas menyasar beberapa lokasi yang ditemukan spanduk penolakan pemutaran film G30S/PKI tersebut. Dia menjamin, kini tidak ada lagi spanduk seperti itu yang terpasang di wilayahnya.

Selain Satpol PP, petugas kepolisian dan TNI ikut mengawal penurunan spanduk. "Udah gak ada lagi yang naik (semua dicopot)," kata Darwis kepada awak media di Jakarta, Kamis (1/10).

Disinggung berapa berapa jumlah spanduk yang disita petugas gabungan, Darwis mencatat, ada 10 spanduk yang terdata di lima kelurahan di Kecamatan Sawah Besar. Kendati demikian, sambung dia, dua spanduk lain yang bakal dicopot di Gunung Sahari, sudah hilang terlebih dahulu. Diduga, spanduk itu dicopot warga lebih dulu.

"Kan yang kita turunkan itu, sisa tujuh. Harusnya kan delapan nih, satu lagi kita cari-cari rupanya dah ada yang ngambil, ya bagus lah orang udah sadar ketertiban umum" tutur Darwis.

Dia menambahkan, Satpol PP bergerak hanya menertibkan spanduk untuk menjaga ketertiban umum (tibum). Hanya saja, pihaknya masih mencari tahu siapa pihak yang memasang beberapa spanduk tersebut. Pasalnya, warga setempat juga mengaku, tidak ada yang memasang spanduk seperti itu. Apalagi, pemasangan spanduk di pinggir jalan dan sungai, yang menjadi perhatian masyarakat.

"Terus yang di Mangga Dua itu kan depan pasar kecil, terus di pinggir rel Stasiun Mangga Dua, terus di pagar relnya Karang Anyar, itu di Samanhudi kan warganya gak ada semua. Makanya kita bingung ngapain ada orang masang beginian di tempat seperti itu," ucap Darwis.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement