Sabtu 02 Oct 2021 15:09 WIB

Angka Kematian Covid-19 Tembus Lima Juta

Kematian terbesar terjadi pada orang yang tidak divaksinasi terinfeksi varian Delta

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Warga berdoa di makam keluarga yang meninggal karena COVID-19
Foto: ANTARA/Muhammad Iqbal
Warga berdoa di makam keluarga yang meninggal karena COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Angka kematian Covid-19 di seluruh dunia tembus lima juta. Kematian terbesar terjadi pada orang yang tidak divaksinasi terinfeksi virus corona varian Delta yang sangat menular.

Varian Delta memperlihatkan besarnya kesenjangan angka vaksinasi antara negara miskin dan kaya. Serta keraguan vaksin di negara-negara Barat.

Berdasarkan penghitungan kantor berita Reuters hingga Sabtu (2/10) lebih dari setengah dari kasus kematian di seluruh dunia terjadi di Amerika Serikat (AS), Rusia, Brasil, Meksiko dan India.

Pengamat Reuters mengatakan butuh waktu satu tahun Covid-19 memakan 2,5 juta korban jiwa. Sementara hanya perlu delapan bulan untuk menewaskan 2,5 juta orang.

Selama satu pekan terakhir angka kematian rata-rata di seluruh dunia mencapai 8.000 per hari atau sekitar lima kematian per menit. Tapi beberapa pekan terakhir angka kematian mulai melambat.

Beberapa hari terakhir ada fokus untuk memberikan vaksin pada negara-negara miskin. Banyak orang yang sudah menerima dosis pertama. Sejumlah negara kaya bahkan telah memberikan dosis ketiga atau booster.

Data dari OurWorld menunjukkan lebih dari setengah populasi dunia yang belum menerima setidaknya dosis pertama Covid-19. Pekan ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan akan mendistribusikan vaksin melalui program Covax.

Sejak bulan Januari lalu Covax telah mengalokasikan dosis vaksin ke 140 negara. Setiap negara menerima dosis vaksin sesuai dengan ukuran populasi.

"Pasokan bulan Oktober kami tetapkan dengan metodologi yang berbeda, hanya mencakup peserta yang sumber daya pasokannya rendah," kata Asisten Direktur Jenderal bidang Akses Vaksin WHO Mariangela Simao dalam presentasi pekan lalu.

Sementara itu Amerika Serikat masih berusaha memerangi informasi palsu seputar vaksin. Berita atau informasi palsu mendorong sepertiga populasi menghindari vaksin. Angka kasus kematian Covid-19 Negeri Paman Sam hingga Jumat (1/10) kemarin tembus di atas 700 ribu.

Kasus infeksi dan rawat inap Covid-19 di AS mulai menurun. Tapi pejabat kesehatan di negara itu bersiap menghadapi kemungkinan lonjakan kasus menjelang musim dingin di mana masyarakat biasanya lebih banyak beraktivitas di dalam ruangan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement