Jumat 08 Oct 2021 18:52 WIB

Pesan Cak Nun untuk Ratusan Calon Pemimpin di Kader Bangsa

Menurut Emha, setiap orang akan memetik buah yang ditanam sendiri dari pohonnya.

Red: Erik Purnama Putra
Budayawan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun menjadi pemateri pelatihan kepemimpinan Kader Bangsa Fellowship Program (KBPF) Angkatan 9.
Foto: Istimewa
Budayawan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun menjadi pemateri pelatihan kepemimpinan Kader Bangsa Fellowship Program (KBPF) Angkatan 9.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Budayawan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun memberi sejumlah pesan khusus kepada calon pemimpin bangsa yang mengikuti sekolah pelatihan kepemimpinan Kader Bangsa Fellowship Program (KBPF) Angkatan 9. Pelatihan tersebut digelar secara daring pada 4-8 Oktober 2021, dan diikuti 100 anak muda.

"Sebagai kader bangsa, penting untuk membangun dan membina diri, hingga akhirnya bisa

menjadi pemimpin diri sendiri, pemimpin keluarga, hingga bangsa dan negara," ujar Cak Nun dalam siaran di Jakarta, Jumat (7/10).

Cak Nun menyampaikan wejangan kepada peserta yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia. Mereka terdiri pelbagai latar belakang profesi publik, mulai akademisi, jurnalis, aktivis, penggiat ekonomi kreatif, budayawan, santri, hingga pengusaha muda.

Cak Nun bercerita, seorang calon pemimpin bangsa haruslah terus menerus meningkatkan kapasitas dengan melakukan pelatihan kepemimpinan dari semua sumber pembelajaran. Menurut dia, proses belajar kepemimpinan itu harus dari semua sumber.

Tidak hanya kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, ilmu modern, sambung dia, melainkan juga dari alam sekitar. Cak Nun pun berharap agar semua peserta bisa merasakan  hasilnya sesuai apa yang diperbuat sebelumnya. Setiap orang, kata dia, akan memetik buah yang ditanam sendiri dari pohonnya.

"Jangan khawatir jika menjadi orang yang dizolimi di medsos, yang penting tidak menjadi

orang yang menzolimi orang lain, jangan menjahati orang lain," kata Cak Nun mengingatkan.

Terakhir, Cak Nun pun berpesan kepada calon pemimpin yang ikut acara KBFP untuk belajar sungguh-sungguh. Sebab dengan itulah, Tuhan akan mengubah nasib mereka. "Tenteram itu adalah sebuah

kebahagiaan," tutur intelektual Muslim Indonesia tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement