Selasa 12 Oct 2021 05:31 WIB

Gerhana tak Terkait Kematian dan Kelahiran

Terjadinya gerhana adalah pertanda kekuasaan Allah SWT.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Ani Nursalikah
Gerhana tak Terkait Kematian dan Kelahiran. Gerhana matahari sebagian.
Foto: EPA-EFE/CJ GUNTHER
Gerhana tak Terkait Kematian dan Kelahiran. Gerhana matahari sebagian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa lalu, orang-orang Arab jahiliyah sangat mempercayai bahwa apabila terjadi gerhana matahari atau terjadi gerhana bulan itu berkaitan erat dengan kematian  atau kelahiran seseorang. Mereka percaya ketika terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan, maka akan ada seorang tokoh besar yang akan mati atau akan ada seseorang bayi yang lahir di mana bayi itu adalah istimewa dan akan menjadi tokoh atau pemimpin mereka.

Ada juga sebagian kaum yang mengaitkan peristiwa gerhana dengan akan terjadinya bencana dan malapetaka. Sehingga mereka menyiapkan sesajen untuk roh agar terhindar dari bahaya. 

Baca Juga

Di Indonesia juga terdapat khurafat tentang terjadinya gerhana. Pada masa lalu ada kepercayaan gerhana terjadi karena bulan atau matahari dimakan oleh makhluk jahat.

Ada juga yang mengaitkan gerhana dengan akan datangnya bencana dan kesialan sehingga mereka berkeyakinan ketika terjadi gerhana tidak boleh keluar rumah. Sebab orang yang keluar rumah ketika terjadi gerhana akan mendapatkan kesialan dalam hidupnya. Bahkan itu akan menimpa pada orang-orang disekelilingnya. 

Tapi Islam hadir dan memberikan semua sanggahan terhadap itu. Rasulullah memberikan pencerahan kepada manusia bahwa gerhana bulan atau gerhana matahari tidak ada kaitannya dengan kematian atau kehidupan seseorang atau bahkan pertanda malapetaka.

Terjadinya gerhana adalah pertanda kekuasaan Allah SWT. Allah berkuasa membuat perubahan-perubahan pada sistem tata surya agar manusia berpikir bahwa tidak ada dzat yang dapat melakukan itu semua kecuali Allah Yang Maha Agung. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement