Selasa 12 Oct 2021 16:18 WIB

41 Ribu Balita di Indramayu Alami Stunting

Jumlah total balita di Kabupaten Indramayu ada 125 ribu.

Rep: Lilis Handayani/ Red: Dwi Murdaningsih
ilustrasi Stunting
Foto: Republika/Mardiah
ilustrasi Stunting

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Kasus stunting pada balita di Kabupaten Indramayu masih tinggi. Upaya penanganan pun dilakukan dengan melibatkan seluruh unsur terkait mulai dari tingkat desa, kecamatan hingga kabupaten.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Deden Bonni Koswara, menyebutkan, jumlah total balita di Kabupaten Indramayu ada 125 ribu. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, angka stunting di Kabupaten Indramayu mencapai 33,19 persen.

Baca Juga

Itu berarti, lanjut Deden, dari jumlah total itu, balita yang mengalami stunting ada sekitar 41 ribu balita.

‘’Ini tergolong tinggi,’’ ujar Deden, saat ditemui usai Seminar Nasional Cegah Stunting Menuju Generasi Bermartabat, di Pendopo Indramayu, Selasa (13/10).

Adapun kasus stunting tertinggi di Kabupaten Indramayu terjadi di Kecamatan Gabuswetan, Kandanghaur dan Kertasemaya.

Deden menjelaskan, tingginya kasus stunting salah satunya akibat pernikahan dini, terutama pada remaja putri. Hal itu akhirnya berdampak pada ketidaksiapan calon ibu saat menjalani kehamilan maupun saat merawat anaknya pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Selain itu, lanjut Deden, ibu yang berangkat kerja ke luar negeri sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI), juga turut mempengaruhi kondisi anak balita yang ditinggalkannya. Menurutnya, ketiadaan ibu yang pergi menjadi TKI membuat pemberian makanan pada anak balitanya menjadi kurang baik.

Deden mengungkapkan, tingginya angka stunting tersebut menjadi PR bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu untuk mengatasinya. Terlebih, dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, Presiden Jokowi menghendaki agar penurunan prevalensi kasus stunting di kabupaten/kota mencapai 14 persen pada 2024.

‘’Sebagai upaya untuk mengatasi stunting, kami bersama ibu bupati membuat terobosan bernama Gesit atau Gerakan Penurunan Stunting Indramayu Secara Terpadu,’’ kata Deden.

Dalam Gesit, terang Deden, semua unsur akan dilibatkan secara terpadu. Menurutnya, seluruh anggaran, perencanaan dan kebijakan stunting yang ada di seluruh OPD akan menjadi satu.

Selain itu, lanjut Deden, akan dibuat tim Gesit mulai tingkat desa, kecamatan sampai kabupaten. Untuk tim Gesit di desa dan kecamatan, ada lima unsur yang dilibatkan.

Adapun lima unsur itu terdiri dari unsur kesehatan, kader pembangunan manusia,  TP PKK, pendamping ProgramKeluarga Harapan (PKH) dan Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB).

"Untuk unsur kesehatan, terdiri dari petugas gizi, kesehatan lingkungan dan bidan desa,’’ cetus Deden.

Deden berharap, upaya tersebut bisa berhasil dalam mengatasi kasus stunting di Kabupaten Indramayu. Pasalnya, jika tidak teratasi, stunting akan membuat kualitas sumber daya manusia (SDM) dari balita stunting kedepannya menjadi kurang baik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement