REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kementerian Wakaf Mesir pada Sabtu (9/10) lalu mengumumkan telah memasukkan ratusan masjid baru dalam proyek Adzan Terpadu di Kairo Raya. Proyek penyatuan adzan ini bertujuan menghilangkan polusi suara yang disebabkan oleh banyak masjid yang mengumandangkan adzan pada waktu yang berbeda.
Kepala Departemen Pusat Manajemen Strategis di Kementerian Wakaf Amr Shoukry membenarkan 426 masjid baru telah dimasukkan selama kuartal pertama tahun fiskal berjalan. Dengan demikian, menurutnya, total masjid-masjid Adzan Terpadu menjadi 3.538.
Kementerian Wakaf berusaha menyamaratakan pengalaman dari Adzan Terpadu di seluruh kegubernuran di seluruh Mesir, dengan penekanan pada mempertimbangkan perbedaan waktu untuk setiap wilayah.
Mantan menteri wakaf agama Mahmoud Hamdi Zakzouk adalah orang pertama yang mulai mengimplementasikan proyek tersebut di masjid-masjid Kairo Raya. Pada akhir 2009, Zakzouk meluncurkan inisiatif memulai Adzan Terpadu di semua masjid untuk mengatasi masalah adzan yang dikumandangkan pada waktu yang berbeda.
Dilansir di Egypt Independent, Selasa (12/10), proyek ini awalnya menargetkan 4.000 masjid di Kegubernuran Kairo Raya, yang meliputi Kairo, Giza dan Qaliubiya. Namun revolusi 25 Januari 2011 di tengah-tengah proyek Adzan Bersatu menghadapi krisis besar. Banyak terjadi pencurian perangkat untuk proyek tersebut dari masjid-masjid.
Menteri Wakaf Mohamad Mukhtar Gomaa menghidupkan kembali gagasan itu pada 2014, tetapi menghadapi masalah teknis. Pada 2019, Gomaa mengumumkan proyek tersebut akhirnya akan dilaksanakan.
Namun karena masalah teknis yang sedang berlangsung, percobaan awalnya dimulai di 115 masjid sebagai fase percontohan, kemudian diperluas hingga mencakup ratusan masjid. Proyek ini bergantung pada suara terpadu dari satu muadzin, menurut waktu setempat untuk setiap gubernur secara terpisah, dan itu adalah melalui sinyal siaran bersama di masjid-masjid melalui penerima nirkabel.
Sistem siaran dalam Adzan Terpadu dicirikan oleh volume rata-rata mikrofon. Agar tidak mengganggu orang-orang di daerah itu dan penduduk sekitarnya, volume itu telah diatur sebelumnya oleh para teknisi suara sehingga tidak ada yang bisa memanipulasi siaran dan tingkat volume.
Pekerja masjid berperan sangat penting untuk proyek ini, karena mereka akan membuka penerima nirkabel lima menit sebelum adzan dan kemudian menutup penerima sinyal nirkabel tersebut setelah selesai. Setelah penerima mendapat sinyal, alat itu kemudian mengumandangkan adzan. Penerima nirkabel ini terdiri dari dua buah alat elektronik, dan sebuah unit logam cekung untuk menerima siaran yang dipasang di bagian atas masjid.