Kamis 14 Oct 2021 08:15 WIB

UEFA Siap Berikan Kendali Besar untuk Klub Liga Champions

Klub-klub Liga Champions kini punya hak lebih besar mengatur sisi komersial.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Israr Itah
Liga Champions
Liga Champions

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) siap memberikan kendali lebih besar terhadap klub-klub Eropa terkait hak pemasaran dan komersial Liga Champions. Terutama saat format anyar mulai diadopsi di kompetisi kasta tertinggi antar klub Eropa tersebut pada 2024 mendatang. Rencananya, format baru Liga Champions itu akan diterapkan selama tiga musim beruntun, yaitu dari 2024 hingga 2027. 

"UEFA kini tengah menyiapkan rekanan untuk hak marketing, penjualan, dan komersil Liga Champions. UEFA akan membahas soal strategi pemasaran dan komersil Liga Champions selama tiga musim beruntun, dari 2024 hingga 2027. Rencananya, penjualan hak komersil Liga Champions akan dimulai pada kuartal kedua tahun depan," tulis pernyataan resmi UEFA seperti dilansir News and Observer, Kamis (14/10). 

Baca Juga

Sebelumnya, isu minimnya kendali klub-klub Eropa atas hak pemasaran dan komersil Liga Champions menjadi salah satu latar belakang dibentuknya Liga Super Eropa (ESL). Klub-klub besar Eropa menginginkan adanya pembagian hak komersial dan penjualan yang lebih besar dalam format teranyar Liga Champions tersebut. 

Dalam format baru tersebut, Liga Champions tidak akan lagi diikuti oleh 32 tim, melainkan 36 tim. Dengan adanya penambahan jumlah kontestan, klub-klub tidak lagi hanya melakoni enam laga di babak penyisihan grup. Setiap tim setidaknya akan melakoni 10 laga, dengan format lima laga kandang dan lima partai tandang, di fase penyisihan grup. 

Namun, negosiasi antara UEFA dan Asosiasi Klub Eropa (ECA) soal format baru Liga Champions itu sempat mengalami kebuntuan. Hal ini tidak terlepas dari keinginan klub-klub Eropa untuk bisa mendapatkan kendali lebih besar dalam hal hak pemasaran dan komersial. Buntunya negosiasi ini pun sempat mendorong 12 klub besar untuk menginisiasi pembentukan ESL. Belakangan, ESL gagal terwujud karena sembilan dari 12 klub inisiator kompetisi tandingan Liga Champions itu memilih keluar dan kembali bergabung bersama ECA. 

Pada bulan lalu, dalam pertemuan umum ECA, Ketua ECA Nasser al-Khelaifi mengungkapkan rencana pembentukan perusahaan patungan antara ECA dengan UEFA. Nantinya, perusahaan patungan tersebut memiliki fokus untuk memaksimalkan pendapatan dari kompetisi Liga Champions. Ini menjadi model baru pengelolaan aspek bisnis dari kompetisi antarklub teratas Eropa tersebut. 

"Model baru ini akan memiliki tanggung jawab utama untuk sisi bisnis dan komersial dari kompetisi klub-klub Eropa. Model baru ini diharapkan bisa menghasilkan strategi komersial dan pemasaran yang lebih baik,'' tutur Al Khelaifi, yang juga menjabat sebagai Presiden Paris Saint Germain (PSG). 

Kabarnya, klub-klub peserta di penyisihan grup Liga Champions itu akan berbagi pendapatan total sebesar dua miliar euro tiap musim dalam tiga musim ke depan. Perusahaan patungan UEFA-ECA ini kemungkinan besar akan mengakhiri kerjasama UEFA dengan agensi yang berbasis di Swiss, Team Marketing, yang selama ini mengatur soal manajemen hak komersial dan marketing Liga Champions.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement