Jumat 15 Oct 2021 15:09 WIB

Ilmuwan Cari Planet yang Mungkin Selamat Saat Matahari Mati

Ilmuwan berasumsi planet besar yang berada pada jarak jauh mungkin bisa bertahan.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Matahari. ILustrasi
Foto: Dailymail
Matahari. ILustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, HAWAII -- Tata surya jauh yang mirip dengan tata surya tempat manusia tinggal memberi para ilmuwan pandangan sekilas tentang masa depan Matahari. Para astronom di Hawaii menemukan planet pertama yang diduga akan bertahan dari dampak kematian mataharinya.

Pemantauan itu memungkinkan para peneliti untuk mengetahui planet mana yang kemungkinan akan bertahan dari kematian Matahari. Sebuah tim di Observatorium W. M. Keck Hawaii menemukan tata surya di dekat pusat galaksi Bima Sakti yang memiliki planet mirip Jupiter.

 

"Bukti ini menegaskan bahwa planet yang mengorbit pada jarak yang cukup besar dapat terus ada setelah kematian bintang mereka," kata penulis utama studi sekaligus peneliti postdoctoral astronomi di University of Tasmania, Joshua Blackman, dilansir dari studyfinds pada Jumat (15/10).

 

Bintang jauh itu sekarang menjadi bintang katai putih yang menjadi matahari seperti di akhir siklusnya. Tim peneliti percaya Bumi akan menjadi tidak dapat dihuni saat Matahari mati. Namun penemuan ini menunjukkan planet yang lebih besar seperti Jupiter dan Saturnus diperkirakan mungkin terus hidup. 

 

"Mengingat bahwa sistem ini serupa dengan tata surya kita sendiri, ini menunjukkan bahwa Jupiter dan Saturnus mungkin bertahan dari fase ketika matahari kehabisan bahan bakar nuklir dan menghancurkan diri sendiri," ujar Blackman.

 

Blackman mewanti-wanti bahwa Bumi bisa saja tak selamat saat masa hidup Matahari berakhir. "Masa depan bumi mungkin tidak begitu cerah karena lebih dekat dengan Matahari,” ucap peneliti lainnya David Bennett.

 

Bennett menyarankan manusia pindah ke Jupiter atau Saturnus sebelum Matahari menggoreng Bumi selama fase super raksasa merahnya.

 

"Kalau bisa mencapai Jupiter, Saturnus maka kita akan tetap berada di orbit mengelilingi Matahari, meskipun kita tidak akan bisa mengandalkan panas dari Matahari untuk waktu yang sangat lama," ucap Bennett. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement