REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Kasus stunting (kerdil) yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis-- pada masa kehamilan dan masa pertumbuhan balita, masih menjadi problem kesehatan yang butuh perhatian di Jawa Tengah. Khususnya di wilayah utara dan timur daerah ini.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah mencatat, sepanjang tahun 2019, masih ditemukan 1.216 kasus balita gizi buruk yang tersebar di sejumlah kabupaten/ kota. Angka ini bertambah menjadi 1.421 kasus di tahun berikutnya (2020).
Hingga memasuki tahun 2021, kasus balita dengan gizi buruk di Jawa Tengah terpantau terus merangkak naik. Tercatat sampai dengan triwulan kedua tahun ini, ada sedikitnya sudah ditemukan sebanyak 1.751 kasus balita dengan gizi buruk.
Problem kesehatan di tengah masyarakat ini tak luput dari perhatian Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen. Karena grafik kasusnya yang cenderung melonjak sejak tahun 2019 hingga tahun 2021 ini.
"Di Jawa Tengah, kasus balita gizi buruk banyak ditemukan di wilayah utara dan timur Jawa Tengah. Maka mengatasi permasalahan stunting termasuk 'PR' berat karena berkaitan dengan kualitas generasi muda di masa mendatang," ungkap wagub, Kamis (21/10).
Terkait hal itu, kata Taj Yasin, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah pun turut menggerakkan komunitas Santri Gayeng Nusantara Jawa Tengah untuk berperan dalam memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.
Khususnya sosialisasi dan edukasi yang berkaitan dengan pentingnya menjaga kualitas hidup seorang anak, sejak di dalam kandungan hingga masa tumbuh kembangnya bagi generasi bangsa di masa mendatang.
Komunitas Santri Gayeng Nusantara dilibatkan aktif untuk mengedukasi dan mengajak masyarakat utamanya ibu hamil dan balita untuk memeriksakan kesehatannya (minimal) di layanan bidan, atau dokter kandungan serta dokter anak.
Tujuannya supaya angka stunting di Jawa Tengah (bagian) timur dan utara bisa tertangani dengan baik. "Sehingga pada akhirnya akan mampu menekan angka stunting di Jawa Tengah secara umum," tegasnya.
Perihal pelibatan komunitas Santri Gayeng ini telah disampaikan wagub pada kegiatan diskusi bersama komunitas Santri Gayeng Nusantara, yang dilaksanakan di Ponpes Diniyyah Salafiyyah Sayung Demak, Rabu (20/10) kemarin.
Taj Yasin berpendapat, komunitas Santri Gayeng Nusantara punya kekuatan yang besar untuk berperan aktif menyosialisasikan persoalan pencegahan stunting kepada masyarakat.
Sebab, komunitas Santri Gayeng mengakomodasi anggota dari berbagai kalangan, termasuk di antaranya yang berlatar belakang tenaga medis. Bahkan ada juga yang memegang jabatan sebagai kepala dinas kesehatan.
"Kami di Santri Gayeng Nusantara sendiri ada yang latar belakangnya dokter, ada yang kepala puskesmas, ada kepala dinas kesehatan juga, sehingga lebih mudah untuk mengambil peran tersebut," lanjut Taj Yasin.
Untuk saat ini, sejumlah pointer sosialisasi dan edukasi serta informasi mengenai pencegahan stunting telah dirumuskan di kalangan komunitas dan itu penting disampaikan kepada masyarakat luas di Jawa Tengah.
"Dengan informasi pencegahan serta implementasi edukasi langsung di tengah- tengah masyarakat, berbagai informasi seputar pencegahan stunting bisa disampaikan secara komprehensif," kata wagub.