REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak para pemimpin dunia untuk mempercepat distribusi vaksin COVID-19 secara global. Hal ini karena negara-negara berpenghasilan rendah sejauh ini hanya menerima empat vaksin per 100 orang.
Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO, Dr Mike Ryan, mengatakan bahwa sementara 133 vaksin per 100 orang sejauh ini telah didistribusikan di negara-negara berpenghasilan tinggi. Sementara, hanya empat dosis per 100 orang telah diberikan di negara-negara berpenghasilan rendah.
"Hanya satu negara berpenghasilan rendah yang mencapai target vaksinasi 10 persen yang telah kami tetapkan pada akhir September. Jadi sebenarnya 70 persen dari semua vaksin di planet ini telah digunakan di 10 negara," ujar Dr. Ryan, berbicara selama sesi tanya jawab langsung Facebook, dilansir di Euronews, Kamis (21/10).
Sekitar 48 persen populasi dunia telah menerima setidaknya satu dosis vaksin, menurut Our World in Data. Sekitar 36 persen sekarang telah mendapatkan dosis penuh.
Eropa dan Amerika Utara memiliki bagian tertinggi dari orang yang diinokulasi penuh, masing-masing sebesar 54 persen dan 50 persen. Afrika memiliki tingkat terendah dengan hanya 5,2 persen dari 1,2 miliar penduduk benua yang sepenuhnya terlindungi dari risiko penyakit parah.
"Situasi di Afrika keterlaluan," kata Dr Maria Van Kerkhove, Pimpinan Teknis COVID-19 untuk WHO, selama siaran langsung Facebook.
Menurut Dr. Van Kerkhove, tidak ada cara lain untuk menutupi ini selain memperjuangkan kesetaraan vaksin.
Negara-negara maju telah berjanji untuk menyumbangkan sebagian dari surplus mereka melalui COVAX, sebuah inisiatif yang dipimpin WHO untuk mendistribusikan vaksin. Negara-negara G7 (Kanada, Prancis, Jerman, Jepang, Italia, Inggris, dan AS) berjanji pada pertemuan pada bulan Juni untuk menyumbangkan 870 juta dosis vaksin, dengan tujuan memberikan setidaknya setengahnya pada akhir tahun 2021.