Senin 25 Oct 2021 18:25 WIB

Virus Baru Covid-19 akan Terus Bermunculan? Ini Kata Pakar

Kemunculan virus baru Covid-19 masih banyak dipertanyakan.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Kemunculan virus baru Covid-19 masih banyak dipertanyakan.
Foto: Pixabay
Kemunculan virus baru Covid-19 masih banyak dipertanyakan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Virus Covid-19 bisa menjadi endemik dan manusia tetap beradaptasi dengan kondisi tersebut. Tapi pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah varian baru Covid-19 akan terus bermunculan?

Sebab, dengan fakta bahwa lebih dari separuh dunia masih belum divaksinasi, virus kemungkinan akan terus menjangkiti manusia. Virus SARS COV-2 dianggap masih dapat menginfeksi dan melakukan replikasi selama beberapa bulan atau tahun-tahun mendatang. 

Baca Juga

Setiap kali virus membuat replikasi, mutasi kecil bisa terjadi dalam tubuh yang terinfeksi. Perubahan itu bisa membantu virus bertahan hidup, hingga menjadi varian baru. Tetapi menurut ahli, itu tidak berarti virus akan terus berkembang dengan cara yang sama sejak kemunculannya pada akhir 2019. 

“Ketika Covid-19 menginfeksi spesies baru, maka perlu beradaptasi dengan inang baru untuk menyebar lebih luas, kata Andrew Read, pakar virus di Pennsylvania State University, dilansir APNews, Senin (23/10).

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), varian delta dua kali lebih menular dari versi virus sebelumnya. Meski begitu, menurut Dr Adam Lauring, pakar virus dan penyakit menular di University of Michigan, itu mungkin tidak akan melipatgandakan tingkat penularannya lagi.

“Kami telah melihat tahap evolusi cepat untuk virus. Sudah memanen buah yang menggantung rendah, tetapi tidak ada banyak hal yang bisa dilakukan,” kata Lauring.

Ada kemungkinan virus itu bisa menjadi lebih mematikan. Tetapi belum ada alasan pasti bahwa evolusioner untuk itu bisa terjadi. Sebab, orang juga dapat melakulan isolasi untuk menghindari menularkan virus ke orang lain.

Para ahli sedang melihat apakah varian yang muncul bisa lebih baik dalam menghindari perlindungan yang dikembangkan orang dari vaksinasi dan infeksi. Dr Joshua Schiffer, pakar virus di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson, mengatakan saat semakin banyak orang yang divaksin, virus bisa menyebar melalui orang yang memiliki kekebalan tertentu agar dapat bertahan hidup.

“Virus dapat mengalami mutasi yang membuat respons imun menjadi kurang efektif,” katanya.

Jika itu terjadi, para ilmuwan dapat merekomendasikan agar formula vaksin diperbarui secara berkala, seperti halnya suntikan flu tahunan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement