REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak mencapai level tertinggi multitahun pada akhir perdagangan Senin (25/10) sebelum menjadi stabil, karena pasokan global yang ketat dan penguatan permintaan bahan bakar di Amerika Serikat dan belahan dunia lainnya mendorong harga menguat. Harga minyak juga telah didukung oleh kekhawatiran atas kekurangan batu bara dan gas
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember bertambah 46 sen menjadi menetap di 85,99 dolar AS per barel. Kontrak mencapai tertinggi sesi di 86,70 dolar AS per barel, level tertinggi sejak Oktober 2018.Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember ditutup tidak berubah pada 83,76 dolar AS per barel, setelah mencapai 85,41 dolar AS per barel, tertinggi sejak Oktober 2014.
Kedua harga acuan telah naik sekitar 20 persen sejak awal September. Minyak mentah AS telah meningkat selama sembilan minggu berturut-turut, sementara Brent telah naik selama tujuh minggu.
"Krisis pasokan energi global terus menunjukkan giginya, sehingga harga minyak memperpanjang kenaikannya minggu ini, akibat para pedagang menilai kenaikan permintaan bahan bakar sedang berlangsung, di tengah respons pasokan yang terbatas menipiskan stok global," kata Louise Dickson, analis pasar minyak senior di Rystad Energy.
Goldman Sachs mengatakan rebound yang kuat dalam permintaan minyak global dapat mendorong harga minyak mentah Brent di atas perkiraan akhir tahun sebesar 90 dolar AS per barel. Bank tersebut memperkirakan peralihan gas ke minyak dapat berkontribusi setidaknya 1 juta barel per hari (bph) untuk permintaan minyak.
Setelah lebih dari satu tahun permintaan bahan bakar tertekan, konsumsi bensin dan sulingan kembali sejalan dengan rata-rata lima tahun di Amerika Serikat, konsumen bahan bakar terbesar di dunia.
"Kenaikan harga minyak berlanjut saat minggu baru perdagangan dimulai," kata Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research, mengatakan Senin (25/10) dalam sebuah catatan.
Harga minyak juga telah didukung oleh kekhawatiran atas kekurangan batu bara dan gas di China, India, dan Eropa. Ini mendorong peralihan bahan bakar ke solar dan bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik.