REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Petugas Dinas Polisi Pamong Praja Kabupaten Sukabumi mengambil sampel air di sejumlah titik dari permukiman warga. Pengambilan sampel air dilakukan untuk diuji laboratorium sebagai upaya mengungkap kasus kejadian luar biasa (KLB) keracunan massal di Kampung Babakansirna, Kabupaten Sukabumi.
"Kami bersama petugas dari berbagai instansi seperti Polsek dan Puskesmas Sagaranten mengambil sampel air di sekitar permukiman yang kerap digunakan warga untuk memenuhi berbagai kebutuhan rumah tangga baik mencuci, mandi, kakus maupun minum atau memasak," kata Kepala Seksi Kerja Sama dan Humas Dinas Polisi Pamong Praja Kabupaten Sukabumi Okih Fajri di Sukabumi, Selasa (26/10).
Pengambilan sampel air seperti dari sumur warga dan sumber mata air lainnya di Desa Cibaregbeg, Kecamatan Sagaranten untuk kepentingan pengungkapan kasus keracunan massal yang terjadi pada Senin (25/10). Sebelumnya pada Ahad (24/10) malam warga mengonsumsi nasi kotak yang dibagikan panitia dalam acara keagamaan di daerah tersebut.
Pengambilan sampel air yang dipakai warga Kampung Babakansirna ini agar masyarakat tidak hanya berasumsi kasus KLB keracunan massal disebabkan oleh paket nasi kotak itu. Sebab, hingga saat ini belum diketahui apa yang menjadi penyebab terjadinya dugaan keracunan massal.
Puluhan warga kampung tersebut mengalami gejala keracunan seperti mual, pusing, lemas hingga muntah-muntah dan terus menerus buang air besar (BAB). Persepsi yang berkembang di masyarakat, keracunan massal ini akibat mengonsumsi nasi kotak karena gejala yang dialami para korban terjadi beberapa jam setelah menyantap hidangan itu.
Dengan uji lab terhadap sampel air dari permukiman, masyarakat diharapkan tidak cepat mengambil kesimpulan terkait penyebab KLB keracunan. Petugas dari instansi terkait masih mengumpulkan berbagai bukti dan keterangan serta melakukan berbagai penelitian.
"Kami masih menunggu hasil uji laboratorium baik sampel makanan (nasi kotak) dan sampel air dari permukiman yang kerap digunakan warga untuk kebutuhan rumah tangga. Diharapkan dalam waktu dekat sudah ada hasilnya agar diketahui penyebab utama terjadinya keracunan massal ini," jelas Okih.
Kepala Puskemas Sagaranten, Sudarna, mengatakan mayoritas warga yang mengalami gejala keracunan kondisi kesehatan sudah berangsur membaik dan pulang untuk melakukan pemulihan di rumahnya masing-masing. Namun, masih ada beberapa warga yang masih menjalani rawat inap di rumah sakit maupun puskesmas.