Rabu 27 Oct 2021 07:24 WIB

TPID Sumut Berupaya Kendalikan Lonjakan Harga Minyak Goreng

Pengendalian harga minyak goreng memang harus dilakukan agar inflasi bisa ditekan

Red: Andi Nur Aminah
Petugas memerikan kemasan minyak goreng (ilustrasi)
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Petugas memerikan kemasan minyak goreng (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumatra Utara berupaya mengendalikan harga minyak goreng yang terus bergerak naik akibat naiknya harga bahan baku komoditas itu yakni minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). "Salah satu upaya adalah menjajaki kerja sama secepatnya antara BUMD PT Perkebunan Sumatra Utara dengan PT KIM untuk produksi minyak goreng Sumut Bermartabat," ujar Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sumut, Soekowardojo di Medan, Selasa (26/10).

Harga minyak goreng di Sumut terus naik atau paling murah Rp 19 ribu per liter dari biasanya rata-rata Rp 15 ribu per liter. "Pengendalian harga minyak goreng memang harus dilakukan agar inflasi bisa ditekan," katanya.

Baca Juga

Apalagi, ujar dia, hanya harga minyak goreng yang tren menguat saat ini di tengah masih relatif stabilnya harga komoditas pangan strategis lainnya di Sumut. Harga beras, misalnya stabil di kisaran Rp 9.000 hingga Rp 10 ribu per kilogram. "Stok beras yang memadai di gudang Bulog Sumut menjadi salah satu pengendali harga bahan pangan utama itu," katanya.

Pimpinan Wilayah Bulog Sumut, Arif Mandu, menyebutkan, Bulog Sumut berupaya memperbanyak penjualan minyak goreng itu untuk memastikan ketersediaan komoditas tersebut di pasar sehingga lonjakan harganya bisa dikendalikan. "Tapi belum bisa OP (operasi pasar) karena stok minyak goreng Bulog Sumut juga terbatas," katanya.