REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti di Cleveland Clinic mengumumkan memulai uji klinis vaksin kanker payudara fase 1. Vaksin ini dibuat dalam memerangi salah satu bentuk kanker payudara paling mematikan, yaitu kanker payudara triple negatif.
Menurut CDC, kanker payudara triple-negatif tidak memiliki reseptor yang biasanya ditemukan pada jenis kanker payudara yang lebih umum. Bentuk kanker ini tidak merespons terapi hormonal sehingga memberikan pasien lebih sedikit pilihan untuk pengobatan.
"Kami berharap penelitian ini akan mengarah pada uji coba yang lebih maju untuk menentukan efektivitas vaksin terhadap jenis kanker payudara yang sangat agresif ini," kata peneliti dari Taussig Cancer Institute di Cleveland Clinic, G Thomas Budd, dilansir People, Kamis (28/10).
Para peneliti mengatakan, tujuan dari vaksin adalah melawan kanker. Peneliti masih membutuhkan waktu beberapa dekade sebelum tersedia untuk umum.
Untuk uji coba, vaksin diberikan kepada sekitar 18-24 orang, dan secara keseluruhan diberikan dosis berbeda dalam uji coba. Mereka yang dipilih untuk mengikuti uji coba adalah pasien rawat inap yang mengidap kanker payudara triple-negatif stadium awal dalam tiga tahun terakhir.
Para peneliti mengatakan, mereka yang terlibat dalam penelitian ini menerima tiga vaksinasi masing-masing terpisah selama dua pekan. Vaksin diberikan berjarak dengan tujuan percobaan awal menentukan jumlah yang tepat untuk diberikan.
"Dalam jangka panjang, kami berharap ini bisa menjadi vaksin pencegahan yang akan diberikan kepada wanita sehat untuk mencegah mereka mengembangkan kanker payudara triple-negatif, bentuk kanker payudara yang pengobatannya paling tidak efektif," ujar Budd.
Menurut Johns Hopkin Medicine, sekitar 10-20 persen dari kanker payudara adalah triple-negatif. Penyakit ini lebih sulit untuk diobati dan lebih mungkin untuk kambuh.
Kanker payudara triple-negatif memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kanker payudara lainnya. Penyakit ini juga lebih umum diderita komunitas Afrika-Amerika dan pada wanita dengan mutasi pada gen BRCA1.
“Strategi vaksin ini berpotensi untuk diterapkan pada jenis tumor lain,” kata Penemu Utama Vaksin dan Staf Imunologi di Lerner Research Institute di Cleveland Clinic, Vincent Tuohy.
Tuohy mengatakan, pendekatan vaksin bisa menjadi pengubah permainan bagi seluruh komunitas medis. Program penelitian translasi ini berfokus pada pengembangan vaksin yang mencegah penyakit dan dihadapi seiring bertambahnya usia, seperti kanker payudara, ovarium, dan endometrium.
“Jika berhasil, vaksin ini berpotensi mengubah cara kita mengendalikan kanker yang menyerang orang dewasa dan meningkatkan harapan hidup dengan cara mirip dengan dampak program vaksinasi anak-anak,” ujar Tuohy.
Para peneliti memperkirakan penelitian ini akan selesai pada September 2022.