Jumat 29 Oct 2021 04:25 WIB

TPA Sidoarjo tak Mampu Lagi Tampung Sampah

TPA Sidoarjo penuh menyebabkan truk sampah hanya bisa terparkir.

Red: Nora Azizah
Sejumlah truk sampah terparkir di area Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (28/10/2021). Kondisi TPA Jabon sudah melebihi batas ketentuan daya tampung atau overload, dengan produksi sampah mencapai 500 ton per hari.
Foto: ANTARA/Umarul Faruq
Sejumlah truk sampah terparkir di area Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (28/10/2021). Kondisi TPA Jabon sudah melebihi batas ketentuan daya tampung atau overload, dengan produksi sampah mencapai 500 ton per hari.

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Tempat pembuangan akhir (TPA) di Jabon, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, tak mampu lagi menampung kiriman sampah. Hal ini mengakibatkan kendaraan truk yang mengangkut kotoran rumah tangga itu hanya bisa berjajar di dalam TPA.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo, Bahrul Amig, di Sidoarjo, Kamis (28/10), mengatakan, puluhan truk pengangkut sampah yang selama ini beroperasi mengambil sampah dari TPST ke TPA kini terparkir di Jabon. "Bisa dibilang tutup dengan sendirinya karena penuh. Sementara kami armada pengangkut sampah kami minta stand by di sini," ujar Bahrul. 

Baca Juga

Ia mengatakan, pihaknya telah menyiapkan beberapa solusi terkait menumpuknya sampah ini, salah satunya adalah mengoperasikan pembuangan sampah di sanitary landfill mulai Senin depan. "Memang belum ideal, tapi kami akan segera mengoperasikannya sebagai solusi mulai November. Selain itu, Bapak Bupati juga telah menyiapkan solusi lain yakni landfill mining dengan mengolah sampah menjadi briket yang dibutuhkan industri sebagai bahan bakar," katanya.

Ia mengatakan, briket sampah ini merupakan inovasi dari putra daerah yang telah diriset sejak beberapa tahun silam. Rencananya pengolahan sampah menjadi briket tak hanya dilakukan di TPA Jabon tapi juga di TPST kawasan.

"Memang Sidoarjo akan menjadi kota pertama yang menerapkan pengolahan sampah menjadi briket ini secara sempurna dan terintegrasi," ujarnya.

Meski demikian, Amig juga mengimbau kepada masyarakat untuk lebih optimal dalam mengolah sampah sejak dari rumah. Minimal dengan cara 3R (reduce, reuse, recycle). Bila tidak bisa, bisa dikelola secara terpusat melalui desa. Tentunya harus berkenan membayar secara pantas kepada pengelola TPS desa.

"Kami juga mendorong pengelola TPS desa maupun kawasan untuk lebih optimal lagi. Bahkan bila perlu sampah-sampah ini tuntas di sana tidak sampai masuk ke TPA," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement