Jumat 29 Oct 2021 15:41 WIB

Ilmuwan Namai Nenek Moyang Manusia Moderen Homo Bodoensis

Homo Bodoensis hidup di Afrika sekitar 500.000 tahun lalu.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Manusia Purba. Ilustrasi
Foto: Huffingtonpost
Manusia Purba. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spesies manusia yang hidup di Afrika sekitar 500.000 tahun lalu, selama Zaman Pleistosen Tengah diketahui sebagai nenek moyang langsung para manusia moderen. Para ilmuwan menamakan spesies ini sebagai Homo bodoensis. 

Nama bodoensis berasal dari tengkorak yang ditemukan di Bodo D’ar di lebmaag Sungai Awash di Ethiopia. Para ilmuwan mengatakan bahwa di zaman itu manusia kontemporer secara anatomis, yaitu Homo sapiens muncul di Afrika dan Neanderthal, yang dikenal sebagai Homo neanderthalensis di Eropa.

Baca Juga

Beberapa ahli paleoantropologi telah menggambarkan periode ini sebagai ‘the muddle in the middle’ atau adanya kekacauan di tengah karena evolusi manusia selama waktu ini kurang dipahami. Mirjana Roksandic, dari Universitas Winnipeg di Kanada dan penulis utama studi tersebut mengatakan bahwa evolusi manusia selama periode ini menjadi tidak mungkin karena kurangnya terminologi yang tepat yang mengakui variasi geografis manusia.

Di bawah klasifikasi baru, Homo bodoensis akan menggambarkan mayoritas manusia Pleistosen Tengah dari Afrika dan beberapa dari tenggara Eropa. Sementara banyak dari benua terakhir akan diklasifikasi ulang sebagai Neanderthal.

Christopher Bae, dari departemen antropologi di Universitas Hawaii di Manoa dan salah satu rekan penulis studi tersebut mengatakan pengenalan Homo bodoensis bertujuan untuk memotong simpul Gordian dan memungkinkan untuk berkomunikasi dengan jelas tentang periode penting ini bagi evolusi manusia. Roksandic mengatakan bahwa menamai spesies baru adalah masalah besar, karena Komisi Internasional tentang Tata Nama Zoologi mengizinkan perubahan nama hanya di bawah aturan yang ditetapkan dengan sangat ketat.

“Kami yakin yang ini akan bertahan lama, nama takson baru akan hidup hanya jika peneliti lain menggunakannya,” jelas Bae.

Pada Agustus, dilaporkan bahwa para arkeolog menemukan DNA purba di sisa-sisa jasad seorang perempuan yang meninggal 7.200 tahun yang lalu di Indonesia. Ini menjadi sebuah penemuan yang bertentangan dengan apa yang sebelumnya diketahui tentang migrasi manusia purba.

Jenazah milik seorang perempuan yang dijuluki sebagai Bessé, ditemukan di gua Leang Panninge di pulau Sulawesi, Indonesia. Penggalian awal dilakukan pada 2015.

Penemuan yang dipublikasikan di jurnal Nature, diyakini sebagai pertama kalinya DNA manusia purba ditemukan di Wallacea, rantai besar pulau dan atol di lautan antara daratan Asia dan Australia. DNA diekstraksi dari bagian petrous tulang temporal Bessé, yang menampung telinga bagian dalam. 

Para peneliti mengatakan DNA utuh adalah penemuan langka. Temuan dalam studi ini dipublikasikan di Evolutionary Anthropology Issues News and Reviews.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement