Senin 01 Nov 2021 20:45 WIB

Ada yang Berbeda Jelang 100 Tahun NU

Ketua SC Muktamar NU menyebut ada yang berbeda menjelang 100 tahun NU

Rep: Rossi Handayani/ Red: A.Syalaby Ichsan
Ketua Dewan Pers, Prof Dr Ir KH Mohammad Nuh DEA, tokoh yang akan menerima penghargaan Budaya Akademik Islami Award (Budai Award) 1443 H Unissula.
Foto: Humas Unissula
Ketua Dewan Pers, Prof Dr Ir KH Mohammad Nuh DEA, tokoh yang akan menerima penghargaan Budaya Akademik Islami Award (Budai Award) 1443 H Unissula.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panitia Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) terus melakukan persiapan menjelang pelaksanaannya pada 23-25 Desember di Lampung. Ketua Steering Committee (SC) Prof M Nuh mengatakan, terdapat dua aspek yang dikoordinasikan terkait Mukatamar NU.

"Alhamdulillah persiapan ada dua aspek yang dikoordinasikan dengan Organizing Committee (OC) menyangkut fisik, transportasi, macem-macem, itu sama koordinasikan sebagai Steering Committee menyangkut konten dari muktamar," kata M Nuh pada Senin (1/11).

 

Dia melanjutkan, terkait dengan konten sebagai contoh hasil dari Bahtsul Masail untuk mendapatkan legitimasi hukum terkait dengan organisasi dan program. M Nuh mengungkapkan, kali ini ada yang berbeda menyingsing 100 tahun NU.

 

"Dalam rangka 100 tahun NU ada fenomena menarik. Fenomena pertama dalam populasi cendikiawan NU mengalami mobilisasi vertikal dengan beragam profesi. Tahun 1960-an Doktor NU susah bukan main," ucap M Nuh.

 

M Nuh mengatakan, dalam Muktamar NU harus dipikirkan bagaimana organisasi islam ini ke depannya. Populasi NU disebut M Nuh semakin membesar, begitu juga dengan anak-anak NU.

 

M Nuh pun menjelaskan, era digital membuat PBNU harus menyiapkan rumah besar untuk menyongsong 100 tahun NU."NU harus siapakan rumah besar, jika profesi beragam di rumah besar itu dan juga harus memanfaatkan betul teknologi digital sebagai suatu keharusan dalam mengelola organisasi dalam menyongsong 100 tahun," kata dia.

 

Dia pun menjelaskan, kepengurusan yang akan datang harus mampu  menjahit seluruh potensi NU yang beragam, sehingga di mana pun jadi kesatuan. Menurut dia, NU pun harus tetap dilihat dari sejarah  tiga pilar NU yakni kebangsaan, keilmuan, kesejahteraan. Dia menjelaskan, tiga pilar ini harus diperkuat untuk 100 tahun ke depan supaya bisa take-off.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement