Selasa 02 Nov 2021 19:22 WIB

Joker, Penusuk di Komuter Jepang Ingin Bunuh Banyak Orang

Tersangka Joker sudah merencanakan serangan tersebut selama berbulan-bulan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Kyota Hattori, tersangka 24 tahun serangan pisau dan pembakaran di kereta api Tokyo, dibawa ke kejaksaan atas dugaan percobaan pembunuhan, di Tokyo, Jepang, 02 November 2021. Hattori, yang ditangkap di tempat kejadian karena dicurigai percobaan pembunuhan setelah 17 orang terluka dalam serangan pisau dan pembakaran di kereta Keio Line pada Halloween, 31 Oktober 2021, dikutip mengatakan kepada polisi bahwa ia mencoba
Foto: EPA-EFE/JIJI PRESS JAPAN
Kyota Hattori, tersangka 24 tahun serangan pisau dan pembakaran di kereta api Tokyo, dibawa ke kejaksaan atas dugaan percobaan pembunuhan, di Tokyo, Jepang, 02 November 2021. Hattori, yang ditangkap di tempat kejadian karena dicurigai percobaan pembunuhan setelah 17 orang terluka dalam serangan pisau dan pembakaran di kereta Keio Line pada Halloween, 31 Oktober 2021, dikutip mengatakan kepada polisi bahwa ia mencoba

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pelaku penusukan di kereta komuter Jepang ingin membunuh banyak orang. Tersangka yang menyerang dengan kostum Joker itu merencanakan serangan tersebut selama berbulan-bulan dan membeli pisau di internet.

Kyota Hattori (24 tahun) ditangkap atas serangan penusukan, pembakaran, dan serangan asam di kereta Keio Line pada 31 Oktober 2021 atau tepatnya saat perayaan Halloween. Hattori mengatakan kepada penyelidik bahwa, pekerjaan dan hubungan pertemananya tidak berjalan dengan baik.

 

Hattori telah merencanakan serangan itu pada awal Juni, ketika dia berhenti dari pekerjaannya di kota barat daya Fukuoka dan mulai pindah ke timur. Dia tinggal selama beberapa waktu di kota-kota besar sampai akhirnya mencapai Tokyo sebulan yang lalu.

 

Hattori memilih momen Halloween  karena akan ada keramaian di Tokyo. Hattori meninggalkan hotelnya pada Ahad (31/10) sore dan naik kereta api ke distrik Shibuya, yang populer di kalangan anak muda dan terkenal dengan pesta jalanan Halloween. Setelah itu dia naik kereta api dari Shibuya, dan berganti ke Keio Line, kemudian melakukan aksinya.

 

"Saya ingin membunuh banyak orang, saya ingin hukuman mati," ujar Hattori dikutip oleh juru bicara polisi.

 

Menteri Transportasi Tetsuo Saito pada Selasa (2/11) mengatakan, pemerintah telah meminta perusahaan kereta api meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah serangan lebih lanjut. “Kereta sangat penting bagi kehidupan masyarakat, dan sangat penting untuk dapat merasa aman saat Anda mengendarainya,” ujar Saito.

 

Hattori menusuk 17 penumpang di jalur kereta Tokyo pada Ahad (31/10). Insiden penusukan terjadi ketika sebagian besar penumpang hendak menuju ke pusat kota untuk merayakan Halloween.

 

Televisi publik NHK melaporkan, setelah menikam penumpang, tersangka menuangkan sebuah cairan yang menyerupai minyak dan membakar gerbong kereta api. NHK mengatakan, satu orang korban yang berusia 70 tahun dalam keadaan kritis.

 

Seorang saksi mengatakan, awalnya dia berpikir bahwa aksi pelaku adalah bagian dari perayaan Halloween. Namun penumpang lain mulai berlarian dan dia melihat pelaku membawa pisau.

 

"Saya pikir itu adalah aksi Halloween.  Kemudian, saya melihat seorang pria berjalan, dan perlahan-lahan mengayunkan pisau panjang. Ada darah di pisau itu," kata seorang saksi kepada surat kabar Yomiuri.

 

Dalam sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan, Hattori duduk di kereta kosong sambil mengisap rokok, dan tampak tenang. Sementara petugas kepolisian berada di sekitar kereta api untuk menangkap pelaku. 

 

Insiden penusukan itu adalah serangan kedua yang terjadi di kereta commuter Tokyo dalam dua bulan terakhir. Pada Agustus, sehari sebelum upacara penutupan Olimpiade Tokyo, seorang pria berusia 36 tahun menikam 10 penumpang di kereta komuter di Tokyo. Tersangka kemudian mengatakan kepada polisi bahwa dia ingin menyerang wanita yang tampak bahagia.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement