REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- West Ham United menjadi salah satu klub Liga Primer Inggris terseksi untuk dicermati. Meskipun tak begitu banyak berbelanja pada bursa transfer lalu dengan hanya mengeluarkan 74,5 juta euro, jauh lebih rendah dibandingkan dengan Arsenal, duo Manchester, dan Chelsea yang mengeluarkan minimal 120 juta euro, West Ham yang musim lalu finis urutan keenam tampil mengesankan sejauh ini.
Pelatih West Ham David Moyes jelas menjadi otak di balik sukses ini. Namun pemain-pemain berkarakter yang tampil dalam atmosfer kolektivitas tinggi adalah juga faktor besar di balik perjalanan mengesankan the Hammers ini.
West Ham sejauh ini menjelma menjadi tim papan atas Liga Primer Inggris. Di papan klasemen, the Hammers menempati posisi keempat dengan mengemas 20 poin hasil dari 10 pertandingan. Hanya klub raksasa nankaya, yakni Chelsea, Liverpool, dan Manchester City yang berada di atas West Ham.
Dalam klub ini juga ada segelintir pemain istimewa yang sejak tahun-tahun lalu sudah menjadi perhatian banyak orang. Di antara yang paling menonjol adalah Declan Rice.
Gelandang ini bukan hanya bagian instrumental dalam sistem permainan West Ham, namun juga bagian vital dalam sukses timnas Inggris mencapai final pertama pada turnamen besarnya dalam kurun 55 tahun terakhir sewaktu Euro 2020 empat bulan lalu.
Rice juga konstan dibidik tim-tim besar seperti Manchester United yang kelimpungan mempermak titik lemah skuadnya di lapangan tengah. Sorotan terhadap Rice semakin kencang setelah gelandang bertahan ini tampil inspiratif saat West Ham menggasak 4-1 Aston Villa dalam pertandingan Liga Primer, Ahad (31/10) malam kemarin.
Rice tak hanya menjadi jangkar di tengah, tetapi tampil cemerlang dengan turut memasukkan sebuah gol. Dalam usia 22 tahun 290 hari, Rice menjadi pemain Liga Primer termuda yang mencetak gol dan sekaligus assist. Ia bahkan sudah dianggap sebagai gelandang paling komplet di Liga Primer saat ini.
Bayangkan, sampai 10 pertandingan pertama, Rice menjadi satu-satunya pemain Liga Primer musim ini yang sukses membuat 10 sapuan, berhasil dalam 10 tekel, 10 kali berhasil mencegat operan lawan, 10 kali memenangi duel bola atas, 10 kali menciptakan peluang, 10 kali sukses menggiring bola melewati lawan (take on), dan 10 kali menyentuh bola di kotak penalti lawan.
"Dia adalah gelandang serbabisa terbaik di Liga Primer," kata analis senior sepak bola Inggris John Giles yang pada akhir 1950-an dan awal 1960-an pernah membela Manchester United.
Dibandingkan dengan gelandang Manchester City Kevin de Bruyne misalnya, Rice lebih baik, dalam hal bagaimana mengendalikan tempo permainan, yang di antaranya terlihat dalam dua laga terakhir West Ham melawan Man City dalam Piala Liga dan menghadapi Aston Villa dalam pertandingan liga.
"Dia bertahan dengan baik, menyerang dengan baik, mengolah bola dengan baik," sambung John Giles.
Pernyataan David Moyes setali tiga uang. "Bisa dibilang dia adalah salah satu pemain tengah muda terbaik di Eropa, kalau bukan yang terbaik."