REPUBLIKA.CO.ID,MAMUJU -- Provinsi Sulawesi Barat tengah mengembangkan objek wisata berbasis historikal sebagai upaya pemulihan ekonomi di sektor pariwisata di daerah itu.
"Provinsi Sulbar sudah mulai mengembangkan objek wisata berbasis historikal, seperti membangun destinasi baru yang disebut Kota Tua Majene," kata Sekretaris Provinsi Sulbar Muhammad Idris, di Mamuju, Kamis (5/11).
"Festival Kota Tua Majene itu, dibuka Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif beberapa waktu lalu," tambahnya.
Penegasan itu disampaikan Muhammad Idris, saat membuka webinar Final Karya Kompetisi Ekonomi Sulawesi Barat (KKE-Sulbar) 2021, secara virtual di Rujab Gubernur Sulbar.
Webinar yang mengusung tema 'Panorama Sulbar, Undiscovered Treasure' tersebut diselenggarakan oleh Kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulbar. Kegiatan itu diselenggarakan sebagai upaya dalam mendukung pemulihan ekonomi di sektor pariwisata.
Sekprov mengatakan, Pemprov Sulbar menyambut baik dan mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan itu.Disampaikan, berdasarkan data BPS Sulbar, rata-rata indikator penghunian kamar hotel pada September 2021, hanya mencapai 29,68 persen atau turun sekira 1,63 poin jika dibandingkan dengan realisasi di bulan yang sama pada 2020.
Sedangkan, dari indikator rata-rata lama tamu menginap di Sulbar, juga masih menunjukkan penurunan sebesar 0,37 persen atau sebesar 106 hari pada September 2021. "Hal ini menggambarkan bahwa kita masih perlu melakukan berbagai upaya untuk mendorong pemulihan ekonomi khususnya melalui sektor pariwisata di Sulbar. Saya melihat perlu strategi yang efektif, efisien dan dapat terukur untuk mendorong bagaimana wisatawan nusantara benar-benar bisa bergerak mobile dan akhirnya sampai di Sulbar," papar Muhammad Idris.
Jika melihat dari destinasi yang dimiliki Sulbar lanjutnya, berbagai potensi keindahan alam yang bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan, perlu dikelola sebaik-baiknya.
Sekprov menekankan, dalam mengurus sektor pariwisata harus membangun model sinergitas yang utuh antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten. "Mengurus sektor ini kita tidak boleh lagi tersekat-sekat oleh batas administrasi. Penemuan objek wisata baru, pengembangan destinasi dan pemasarannya tidak boleh sendiri-sendiri," kata Muhammad Idris.
Ia berharap, Dinas Pariwisata di kabupaten, sudah harus mempraktekkan cara berfikir yang terbuka, terutama antarkabupaten dan juga pada level pemerintahan provinsi, sehingga itu menjadi hal yang dapat dikapitalisasi sebagai modal utama dalam pengembangan sektor pariwisata di Sulbar.
"Pemprov Sulbar terus berupaya mendorong pengembangan pariwisata. Salah satu hal yang dilakukan adalah penyelenggaraan berbagai even menjadi sebuah atraksi yang dapat mendorong minat wisatawan untuk hadir di Sulbar," terang Muhammad Idris.