Senin 08 Nov 2021 09:58 WIB

Perusahaan Clover China akan Buat Vaksin Mirip Novavax

Clover merupakan perusahaan asal China yang baru mendapat pendanaan Rp 3,4 triliun.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Clover merupakan perusahaan asal China yang baru mendapat pendanaan Rp 3,4 triliun.
Foto: PxHere
Clover merupakan perusahaan asal China yang baru mendapat pendanaan Rp 3,4 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembuat vaksin China, Clover Biopharmaceuticals, mengumpulkan 240 juta dolar AS (sekitar Rp 3,4 triliun) dalam penawaran umum perdana di Hong Kong. Perusahaan yang didirikan pada 2007 oleh mantan profesor biokimia Vanderbilt University, Peng Liang, itu tidak pernah melaporkan laba operasi, serta tidak memiliki satu pun produk yang disetujui di pasar. 

Namun, seperti yang dijelaskan oleh prospektus IPO-nya, dia berusaha menggaet investor dengan janji vaksin Covid-19 berbasis protein. Vaksinasi berkinerja sangat baik terhadap varian Delta, dan dapat mendukung kampanye vaksinasi global.

Baca Juga

“Kami berharap dapat mengatasi kebutuhan global yang signifikan akan vaksin Covid-19 dengan kandidat berbasis protein yang hampir komersial,” kata perusahaan itu dalam prospektusnya dilansir dari Fortune, Senin (8/11).

Teknologi kandidat Clover yang berbasis protein mirip dengan yang ada di vaksin Covid-19 Novavax. Vaksin Novavax, sebuah perusahaan AS, menghasilkan hasil uji coba yang menjanjikan, tetapi hanya mendapatkan persetujuan di Indonesia, di tengah penundaan regulasi dan manufaktur. 

Vaksin dua dosis Clover (disebut SCB-2019) mengandung fragmen Covid-19 yang tidak menyebabkan penyakit, tetapi membantu merangsang respons kekebalan terhadap virus. Pengambang Anhui Zhifei Longcom dari China dan Medigen dari Taiwan juga telah merilis kandidat vaksin berbasis protein yang berhasil, tetapi keduanya tidak disetujui badan medis global seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pada September, Clover merilis hasil uji coba fase II dan III dari vaksin Covid-19. Uji coba, yang melibatkan 30 ribu orang di lima benua, mengeklaim vaksin itu 67 persen efektif dalam mencegah infeksi Covid-19, dan 100 persen efektif dalam mencegah kasus dan kematian yang parah. Uji coba menguji vaksin terhadap beberapa varian virus, termasuk Delta.

Terhadap varian Delta saja, vaksin memberikan tingkat perlindungan yang lebih tinggi. Perlindunga yang diberikan disebutkan mencapai 79 persen efektif dalam mencegah infeksi varian Delta dibandingkan dengan 58 persen efektif terhadap varian Mu.

“Data (fase II/III) yang sangat menggembirakan ini menunjukkan profil keamanan yang baik dari vaksin Clover dan kemanjurannya terhadap berbagai varian SARS-CoV-2, sehingga ini menjadi tambahan penting untuk persenjataan di berjuang melawan Covid-19,” ujar CEO Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), Richard Hatchett.

CEPI, sebuah kelompok penelitian yang sebagian didukung oleh Bill & Melinda Gates Foundation, telah bermitra dengan Clover untuk mengembangkan kandidat Covid-19 yang layak. CEPI memberikan Clover 360 juta dolar AS (sekitar Rp 5 triliun) pada 2020, untuk mendanai penelitian dan uji coba vaksinnya.

Pada Juni, GAVI, aliansi vaksin yang juga menerima dana dari Gates dan bekerja sama dengan CEPI, mengumumkan bahwa mereka akan membeli 414 juta dosis vaksin Clover antara 2021 dan 2022 untuk berkontribusi pada COVAX. COVAX, sebuah inisiatif global untuk menyediakan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, mengalami kendala masalah pasokan karena negara-negara kaya telah membeli sebagian besar vaksin.

Distribusi vaksin Covid-19 Clover melalui COVAX akan membutuhkan persetujuan WHO, dan tidak jelas kapan itu akan tiba. Clover dilaporkan telah mulai mengajukan permohonan ke WHO, Uni Eropa, dan China untuk persetujuan vaksinnya. Dalam prospektusnya, Clover mengatakan pihaknya mengharapkan untuk mendapatkan persetujuan bersyarat untuk rilis pasar antara kuartal keempat pada 2021 dan pertengahan tahun depan, tetapi vaksin Clover belum mendapat lampu hijau di mana pun.

“Kami senang dengan apa yang akan terjadi di masa depan saat kami mengajukan aplikasi persetujuan peraturan bersyarat,” ujar CEO Clover Joshua Liang.

Clover tidak menanggapi permintaan komentar Fortune. Clover mengatakan bahwa mereka mengharapkan memiliki kapasitas untuk memproduksi satu miliar dosis per tahun pada tanggal yang tidak ditentukan di satu pabrik di China. Novavax, dengan teknologi vaksin serupa, telah berjuang dengan masalah kualitas saat mencoba meningkatkan kapasitas produksi vaksin.

Selain vaksin Covid-19, Clover mengatakan bahwa dia memiliki beberapa obat lain yang sedang dikembangkan, termasuk terapi untuk kanker dan radang sendi. Namun, semua obatnya yang tidak terkait covid masih dalam pengembangan klinis dan belum memiliki jadwal untuk dirilis ke pasar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement