Oleh: Sucipto
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَ مَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريْـكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلىَ نَبِـيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَ عَليَ آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ مَنْ وَالاَهُ، وَ مَنْ تَبِعَه بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْـدُ فَيَاأَيـُّهَا اْلإِخْوَانُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَ إِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَ لاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Segala puji dan rasa syukur hanyalah pantas kita haturkan kepada Allah SWT, kita memuji-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya, memohon ampun kepada-Nya atas segala dosa, dan meminta perlindungan kepada-Nya dari keburukan diri dan amal kita.
Shalawat dan Salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabatnya, dan siapa saja yang mengikuti jalan beliau yang lurus dan yang mengajak kepada shirathal mustaqim hingga hari kiamat.
Pada kesempatan khutbah Jumat siang hari ini, tak lupa khatib selalu mengingatkan kepada jamaah sekalian untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT sebagaimana firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah
Dalam QS Al A’raf ayat 16-17 dikisahkan bahwa setan dengan sombong berbicara kepada Allah:
قَالَ فَبِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَٰطَكَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَٰنِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَٰكِرِينَ
Iblis berkata, “Karena Engkau telah menyesatkanku sehingga aku tidak melaksanakan perintah-Mu bersujud kepada Adam, maka aku benar-benar akan menghalang-halangi keturunan Adam dari jalan-Mu yang lurus. Aku akan memalingkan dan menyesatkan mereka dari jalan-Mu sebagaimana aku yang tersesat (berpaling) dari sujud kepada bapak mereka, Adam.
Bersambung ayat 17, Kemudian aku benar-benar akan mendatangi mereka dari segala arah untuk menggoda mereka supaya enggan terhadap urusan Akhirat dan bersemangat terhadap urusan dunia, untuk melontarkan keragu-raguan di dalam hati mereka dan membuat hawa nafsu mereka tampak baik di mata mereka. Dan Engkau -wahai Rabb kami- akan mendapati sebagian besar dari mereka tidak bersyukur kepada-Mu, karena aku telah mengarahkan kekafiran kepada mereka.
Itulah ancaman setan. Setan memiliki banyak cara untuk bisa mengalahkan manusia, namun setan tak memiliki kekuatan sedikitpun di hadapan orang yang ikhlas. Dalam QS Al Hjr ayat 39-40 termaktub sebagai berikut:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَإِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
Setan berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka”
Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah
Banyak orang yang baik telah wafat, kemudian kita kenang dengan berbagai sifat yang mulia. Salah satu diantaranya adalah sifat ikhlasnya. Keikhlasan menjadi karakter yang melekat dalam pribadinya saat berjuang, berkorban, demi agama, bangsa dan negara.
Berkaitan dengan keihlasan, Prof. Dr. Yunahar Ilyas dalam bukunya Kuliah Akhlak menjelaskan tentang makna Ikhlas dan apa saja yang kriteria keikhlasan itu.
Secara bahasa akar atas dari ikhlas adalah khalasa dengan makna bersih, jernih, tidak bercampur. Secara istilah berarti beramal semata-mata mengharap ridha Allah SWT. Ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih.
Namun persoalan ikhlas itu tidak ditentukan oleh ada atau tidak adanya imbalan materi, tetapi ditentukan tiga faktor yakni:
“Sesungguhnya Allah SWT menyukai, bila seseorang beramal, dia melakukan dengan sebaik-baiknya..” (HR Baihaqi)
Jamaah shalat Jum’at yang dmuliakan Allah
Allah Memerintahkan kepada kita untuk beribadah kepada-Nya dengan penuh keikhlasan dan beramal semata-mata mengharap ridha Allah semata.
Allah Berfirman dalam (QS Al Bayyinah 98: 5)
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan/mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Begitu pula dalam QS Al An’am 6: 162, Allah Berfirman
قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Katakanlah : sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Hanya dengan keikhlasanlah semua amal ibadah akan diterima oleh Allah SWT. Seorang mukhlish tidak akan pernah sombong kalau berhasil, tidak putus asa kalau gagal. Orang yang ikhlas akan selalu bersemangat dalam beramal. Pujian tidak membuat dia terbuai dan cacian tidak membuat dia mundur. Yang dicarinya hanyalah ridha Allah semata. Tapi seseorang yang tidak ikhlas akan cepat terbuai dan lupa diri bila mendapatkan pujian dan cepat berputus asa menghadapi segala rintangan dalam perjuangan.
Namun yang kita harus selalu waspada adalah sifat riya. Apa itu riya? Ini sifat kebalikan atau lawan dari ikhlas. Riya adalah melakukan sesuatu bukan karena Allah, tapi karena ingin dipuji atau karena pamrih lainnya.
Rasulullah saw menyebut riya sebagai syirik kecil. Dan beliau paling mengkhawatirkan syirik kecil itu terjadi pada umatnya.
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil” Sahabat bertanya”Apa syirik kecil itu ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Riya.” (HR. Ahmad)
Semoga Allah meridhai setiap langkah kita agar dijauhkan dari sifat riya dan tergolong kepada umat yang ikhlas beramal.
بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي الْقُرْانِ الْعَظِيْمِ, وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ ,
وَ تَقَبَّلَ مِنّي وَ مِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah 2
الْحَمْدُ ِللهِ وَ الشُّكْرُ ِللهِ، وَ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، نَبِيِّـنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِـهِ وَ صَحْبِهِ وَ مَنْ وَالاَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلـُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّـقُوْنَ.
Jamaah sidang Jum’at yang berbahagia rahimakumullah,
Marilah kita akhiri pertemuan yang mulia ini dengan berdoa, semoga Allah SwT berkenan memberikan kita kemampuan untuk melaksanakan anjuranNya sehingga kita meraih kesuksesan dan kebahagaiaan dunia akhirat.
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَي آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَ إِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَ تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ اْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.
Dosen FKIP UAD, Pengurus PCIM Tiongkok, Sedang Menempuh kuliah Doktoral di Central China Normal University