REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir menyebut, harga layanan tes PCR Covid-19 masih memungkinkan diturunkan. Pemerintah telah beberapa kali menurunkan harga layanan tersebut hingga terakhir sebesar Rp 275 ribu untuk wilayah Jawa dan Bali.
Honesti mengatakan, pihaknya akan mengkaji dan menghitung ulang potensi penurunan harga layanan tes PCR Covid-19. "Masih ada sebenarnya celah untuk turun. Namun, berapa persen penurunannya yang kami belum ketahui. Kami masih berusaha untuk melakukan simulasi," kata Honesti, Selasa (9/11).
Dengan penggunaan BioSaliva, menurut Honesti, biaya layanan tes PCR sangat dimungkinkan turun. Pasalnya, pengambilan sampel dengan cara berkumur ini tidak memerlukan alat pelindung diri (APD) tertentu sehingga prosesnya akan lebih efisien.
Baca juga:
- Isyarat Luhut Tes PCR Kembali Wajib dan Bantahan Berbisnis
- DPR Minta Harga Tes PCR di Bawah 200 Ribu
- Bio Farma: Tes PCR Indonesia Lebih Murah dari Malaysia & UEA
Honesti menjelaskan, struktur biaya tes PCR yang ada saat ini masih didominasi oleh komponen biaya produksi dan bahan baku yang mencapai 55 persen. Selain itu, komponen biaya operasional tercatat mencapai 16 persen, biaya distribusi 14 persen, royalti 5 persen, dan keuntungan sebesar 10 persen.
Honesti juga mengungkapkan harga publish (tanpa PPN) mencapai Rp 90 ribu dan harga e-katalog termasuk PPN sebesar Rp 81 ribu. Menurut Honesti, biaya layanan tes PCR di Indonesia saat ini merupakan yang termurah di antara negara-negara lainnya di ASEAN, seperti di Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Meski demikian, Honesti tetap meyakini biaya tes PCR masih bisa turun seiring dengan jumlah produksi dan model bisnis yang terus berkembang. "Intinya kami sangat mendukung kebijakan pemerintah dalam penetapan harga PCR ini dan kami terus dukung agar masyarakat bisa mendapatkan pengetesan yang berkualitas," kata Honesti.