REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Kementerian Agama Abdul Kadir Masoweang menyampaikan karya dan pemikiran ulama yang dituangkan dalam lektur keagamaan mengambil peran memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
"Karya dan pemikiran ulama yang dituangkan dalam lektur keagamaan merupakan media dakwah untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan ajaran-ajaran Islam yang moderat kepada generasi sekarang dan akan datang," ujar Abdul dalam sidang orasi pengukuhan Profesor Riset Kementerian Agama yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (11/11).
Dalam orasinya yang berjudul Moderasi Beragama dalam Lektur Keagamaan Islam di Kawasan Timur Indonesia disampaikan, penguatan moderasi beragama memiliki dua modal sosial, yaitu modal sosial keragaman dan modal sosial keberagamaan. Ia mengemukakan, modal sosial keragaman merupakan modal hidup dalam kebersamaan dan menjadi warisan budaya sebagai kearifan lokal.
"Kearifan lokal sangat berperan membangun cara pandang, sikap dan perilaku beragama yang moderat," ujarnya.
Sementara modal sosial keberagamaan adalah bentuk pengamalan nilai-nilai agama yang pada dasarnya mengajarkan sikap moderat, menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan dan kedamaian. Kendati demikian, moderasi beragama menghadapi tantangan, baik dari dalam maupun dari luar.
"Tantangan dari dalam adalah minimnya pemahaman, terutama sebagian generasi muda terhadap nilai-nilai kearifan lokal," katanya.
Sementara tantangan yang datang dari luar, lanjut dia, adalah pengaruh globalisasi akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Menurutnya, perkembangan teknologi informasi membuat paradigma Islam moderat terancam mengalami pergeseran.
"Terkait dengan tantangan tersebut, lektur keagamaan Islam sebagai media informasi dan edukasi berperan dalam membentuk warga negara yang beragama, berperan teguh pada nilai dan esensi agama, berorientasi menciptakan kemaslahatan umum dan menjunjung tinggi komitmen kebangsaan," katanya.
Ia menyampaikan kajian terhadap lektur keagamaan Islam di Timur Indonesia membuktikan ulama sejak dahulu sampai sekarang mengambil peran dalam memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. "Manuskrip berisi berbagai pengetahuan dan pemikiran dan serta nilai-nilai kearifan lokal yang diwarisi turun temurun memperlihatkan kesesuaian dengan ajaran agama dan kesesuaian dengan dampak kemajuan zaman," ujarnya.