Senin 15 Nov 2021 13:26 WIB

Neraca Dagang Januari-Oktober Surplus 30,81 Miliar Dolar AS

Capaian surplus kali ini merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Seorang pekerja menyaksikan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (24/8). Neraca perdagangan barang Indonesia sepanjan Januari-Oktober 2021 tercatat surplus 30,81 miliar dolar AS.
Foto: ANTARA/M RISYAL HIDAYAT
Seorang pekerja menyaksikan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (24/8). Neraca perdagangan barang Indonesia sepanjan Januari-Oktober 2021 tercatat surplus 30,81 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Neraca perdagangan barang Indonesia sepanjan Januari-Oktober 2021 tercatat surplus 30,81 miliar dolar AS. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan capaian surplus kali ini merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Pada periode sama tahun 2016 lalu, surplus dagang tercatat hanya 7,6 miliar dolar AS. Setahun berikutnya naik menjadi 11,89 miliar dolar AS. Adapun pada 2018 dan 2019 masing-masing defisit 5,57 miliar dolar ASn dan 1,47 miliar dolar AS.

Baca Juga

Pada 2020 lalu, surplus dagang di periode yang sama mencapai 16,93 miliar dolar AS. Dengan kata lain, surplus perdagangan pada tahun ini hampir meningkat dua kali lipat.

"Kita bisa melihat perkembangan dari 2016 dan yang menggembirakan dari tahun ke tahun sellau mengalami peningkatan dan ini cukup tinggi," kata Kepala BPS, Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (15/11).

Margo mengatakan, capaian surplus yang terus meningkat diharapkan memberikan dampak signifikan pada pemulihan ekonomi nasional. Sebab, ekspor dan impor menjadi salah satu penyumbang utama dalam pembentukan produk domestik bruto saat ini.

Ia menyampaikan, nilai ekspor sepanjang Januari-Oktober 2021 tercatat sebesar 186,3 miliar dolar AS, naik 41,8 persen dari periode sama tahun lalu yang mencapai 131,3 miliar dolar AS.

Khusus ekspor migas mencapai 9,8 miliar dolar AS. Adapun di sektor non migas, ekspor pertanian mencapai 3,4 miliar dolar AS, ekspor industri pengolahan 143,7 miliar dolar AS, serta ekspor tambang dan lainnya mencapai 29,2 miliar dolar AS.

Adapun impor nilainya lebih kecil dari ekspor yakni 155,5 miliar dolar AS. Berdasarkan penggunaan barang, impor barang konsumsi mencapai 15,6 miliar dolar AS. Sementara itu impor bahan baku/penolong senilai 117,4 miliar dolar AS dan impor barang modal sebesar 2,3 miliar dolar AS.

Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi secara terpisah mengungkapkan optimismenya bahwa surplus neraca perdagangan tahun ini akan tembus hingga 30 miliar dolar AS.

"Kalau konsisten di kuartal terakhir ini, kita akan tembus 30 miliar dolar AS. Pertama kali dalam sejarah," kata Lutfi.

Lutfi mengatakan, tingginya capaian surplus itu dipengaruhi oleh harga komoditas yang tinggi di level global. Itu terjadi lantaranya adanya super cycle harga komoditas yang terjadi akibat pandemi Covid-19.

Indonesia sebagai eksportir komoditas diuntungkan dengan adanya kenaikan harga dunia yang melambung. "Bagi Kemendag, rumus PDB (produk domestik bruto) itu ada dua. Ekspor dan impor. Tahun ini akan jadi rekor," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement