REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa akan memperketat sanksi terhadap Belarus pada Senin (15/11) karena peningkatan masalah krisis migran ilegal di perbatasan Polandia. Uni Eropa juga dapat memberlakukan sanksi terhadap maskapai penerbangan dan pihak lain yang terlibat dalam pengangkutan migran ilegal.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan maskapai penerbangan dapat diminta untuk berhenti mengangkut migran ke Minsk atau menghadapi larangan mendarat di Eropa. Eropa menuduh Belarus melakukan "serangan hibrida" dengan menerbangkan migran dari Suriah dan Afghanistan.
Belarus juga mendorong para migran untuk menyeberang secara ilegal ke Polandia yang merupakan negara anggota Uni Eropa. Namun Belarus berulang kali membantah tuduhan itu.
Maskapai milik pemerintah Belarus, Belavia, mengatakan Uni Emirat Arab (UEA) telah melarang warga Afghanistan, Suriah, Yaman, dan Irak dari penerbangan ke Minsk pada Senin. Menteri Luar Negeri Lithuania Gabrielius Landsbergis menuturkan Uni Eropa kemungkinan dapat membantu pemulangan para migran dari Belarus ke Timur Tengah.
Dia menyerukan semua bandara di Belarus terlarang bagi maskapai yang berpotensi membawa calon migran. “Kita perlu menjadikan bandara Minsk sebagai zona larangan terbang," ujar Landsbergis.
Pada Senin pagi, penjaga perbatasan Polandia memperingatkan para migran melalui pengeras suara bahwa kekerasan akan diterapkan jika mereka tidak mematuhi perintah. Peringatan ini diumumkan setelah Polandia dan Lithuania melaporkan mereka menghentikan lebih dari 100 migran yang mencoba menerobos masuk pada Ahad (14/11).
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan para menteri akan menyetujui sanksi lebih lanjut terhadap Minsk pada Senin. Uni Eropa mungkin akan memperluas sanksi terhadap maskapai penerbangan, agen perjalanan, dan orang lain yang terlibat dalam pengangkutan migran ke Belarus.
Borrell menegaskan dia telah memberikan peringatan kepada menteri luar negeri Belarus pada akhir pekan lalu. Menurutnya situasi di perbatasan tidak dapat diterima dan sangat dibutuhkan bantuan kemanusiaan.
Presiden Belarus Alexander Lukashenko akan membalas sanksi baru yang dijatuhkan oleh Uni Eropa. Kantor berita negara Belta yang mengutip Lukashenko mengatakan Belarus berusaha membujuk para migran yang tinggal di kamp-kamp dekat perbatasan sebelah barat untuk kembali ke rumah mereka. Akan tetapi bujukan tersebut tidak berhasil.
Ribuan migran telah melakukan perjalanan ke Belarus dengan harapan dapat menyeberang ke Uni Eropa. Namun mereka terjebak di perbatasan dalam kondisi musim dingin.
Para migran bergerak menuju perbatasan Polandia pekan lalu dan mendirikan tenda. Mereka mencoba memasuki Polandia dan Lithuania di berkali-kali. Polandia telah menangkap empat orang asing yang berusaha mengangkut 33 migran ke luar negeri pada Ahad.
Lithuania, Latvia, dan Estonia telah memperingatkan jika tidak ada solusi untuk menangani para migran, maka situasinya dapat meningkat menjadi konflik militer. Presiden dari ketiga negara tersebut dijadwalkan bertemu di Vilnius pada Senin untuk membahas krisis migran. Mereka akan berbicara dengan Presiden Polandia Andrzej Duda melalui tautan video.