REPUBLIKA.CO.ID, ENDE -- PLN Unit Induk Wilayah NTT resmi menggandeng Forum Keberlanjutan Sosial Indonesia (Indonesian Social Sustainability Forum/ISSF). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan evaluasi terhadap kegiatan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Di NTT, program TJSL PLN terimplementasi dalam Teknologi Olah Sampah di Sumbernya (TOSS) yang digelar pada tanggal 21-23 September 2021 lalu. Tepatnya, di Kabupaten Ende.
General Manager PLN NTT Agustinus Jatmiko menyampaikan, pihaknya telah menyalurkan dana program TJSL tahun 2020 sebesar Rp 480.555.000 untuk kegiatan pelatihan pembuatan pellet, pembangunan shelter TOSS, dan peralatan pengolahan sampah menjadi pelet.
“Untuk mengukur kinerja dan dampak dari program tersebut, tahun 2021 ini tim ISSF melakukan pengukuran dan perhitungan SROI (Social Return On Investment) dan IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat). Program TOSS sendiri merupakan salah satu inovasi Bupati Ende dengan semboyan "Dari Ende Flores untuk Indonesia" dalam pengelolaan dan pengolahan sampah organik (biomassa) menjadi pelet untuk bahan bakar energi kerakyatan dan co-firing PLTU Ropa, sedangkan pengelolaan dan pengolahan sampah anorganik dilakukan oleh ACIL (Anak Cinta Lingkungan) Ende menjadi beberapa produk seperti paving blok, meja tamu, sofa, dan beberapa produk kreatif lainnya," papar dia, Selasa (16/11).
Jatmiko menjelaskan, Program TOSS Ende dalam implementasinya telah mendorong meningkatnya sirkuler ekonomi masyarakat dari lahirnya UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) pengelolaan sampah menjadi pellet. Imbasnya tercipta lapangan kerja baru di masyarakat yang berdampak pada meningkatnya kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.
Hal ini mendukung tujuan pembangunan nasional berkelanjutan yang dicanangkan pemerintah yang biasa disebut Sustainable Development Goals (SDGs).
Sementara itu, Sekretaris Jenderal ISSF Nurul Iman menyampaikan, kehadirannya bersama tim di Ende untuk mengevaluasi pengelolaan sampah menjadi energi.
"Kami melakukan kunjungan lapangan kepada pemangku kepentingan terkait program TOSS terutama penerima manfaat seperti SMK Negeri 2 Ende, DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Kabupaten Ende, masyarakat pembuat pelet dan pengguna pellet, organisasi ACIL Ende, Keuskupan Agung Ende, PLTU Ropa serta BUMDes Keliwumbu serta kelompok pengrajin tembikar yang memproduksi kompor pelet dari tanah liat di Desa Wolotolo Kabupaten Ende," ujar dia.
Ia menyatakan, dari hasil pengamatan dan diskusi dengan penerima manfaat, pihaknya mendapatkan informasi yang dapat dijadikan bahan mevaluasi program yang telah dilaksanakan dengan dua pendekatan. Dua pendekatan itu adalah SROI dan IKM sekaligus memberikan masukan konstruktif untuk peluang-peluang perbaikan dari program yang telah dilaksanakan.
"Kami sangat berharap masukan tersebut dapat dilaksanakan oleh PLN bersama pemangku kepentingannya sehingga keberlanjutan program terus dilaksanakan dan lebih bermanfaat diwaktu yang akan datang,” kata Nurul Iman.
Selanjutnya masih menurut Nurul Iman, dari pengukuran dampak sosial yang dilakukan, diperoleh hasil Rp 480.555.000 dana TJSL yang disalurkan untuk program TOSS pada Tahun 2020 lalu, nilai SROI-nya sebesar Rp 1.096. "Artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh PLN telah menghasilkan dampak positif senilai Rp 1.096," kata dia.
Adapun hasil pengukuran ISSF mengenai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) pada kategori Tingkat Kepentingan untuk TJSL PLN di lokasi tersebut dari 14 indikator yang diukur mendapatkan nilai 91,4 dengan Kategori Sangat Penting (A). Kemudian, IKM tingkat Kinerja mendapatkan nilai 88,13 dengan kategori Baik (B).
"Karena kegiatan ini memberikan dampak yang positif bagi masyarakat yang berada disekitar lokasi sehingga bisa menumbuhkan potensi-potensi yang selama ini belum terangkat dan meningkatkan ekonomi warga yang terlibat dalam kegiatan TOSS," kata dia.
Nurul mengungkapkan, program pengelolaan sampah menjadi pellet yang sedang dilaksanakan saat ini di Ende merupakan sesuatu yang sangat positi. Itu karena telah menciptakan mata rantai pengelolaan, dari pengumpulan sampah sampai dengan pemanfaatan pellet menjadi energi kerakyatan maupun co-firing PLTU Ropa di Ende. Ini juga menggandeng beberapa stakeholder kunci seperti pimpinan daerah dan tokoh agama.
"Hal baik yang sudah dilakukan ini perlu direplikasi oleh daerah lain karena manfaat program ini selain mensolusikan permasalahan sampah dan juga mensolusikan masalah energi yang sudah menjadi permasalahan daerah, nasional bahkan dunia," kata dia.