Rabu 17 Nov 2021 07:59 WIB

Enam Etika Berdoa Nabi Zakaria Saat Meminta Keturunan

Nabi Zakariya berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keturunan

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Nabi Zakariya berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keturunan. Berdoa (Ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Nabi Zakariya berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keturunan. Berdoa (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, — Salah satu kisah nabi dalam buku Fikih Pendidikan Anak karya karya Syekh Mustafa Al Adhawy menceritakan tentang enam etika berdoa Nabi Zakariya ketika meminta anak kepada Allah SWT.   

Ketika bertemu Maryam, dan mendapati maryam mendapat rezeki tak disangka-sangka, semakin kuatlah doa yang nabi Zakariya panjatkan. Dari doa Nabi Zakariya,  dia mengajari kita beberapa etika dalam berdoa yaitu sebagai berikut:

Baca Juga

Pertama, tatkala dia berdoa kepada Allah SWT dengan suara yang lembut dalam surat Maryam ayat 3. 

Dia menyamarkan suaranya dalam berdoa. Dan beginilah yang seharusnya dilakukan dalam melakukan doa. 

إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا  “(yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.”  

Kedua, Zakariya menampakkan kelemahan dan ketidakkuasannya di hadapan Tuhan. Dalam surat Maryam ayat 4.  

قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا

“Dia (Zakariya) berkata, "Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.”

Ketiga, Zakariya bertawassul (memakai perantara) dengan karunia Allah yang telah diberikan kepadanya.  

قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا

“Ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.”  (QS Maryam ayat 4 )

Atau dengan ungkapan lain, "Wahai Tuhanku! Sesungguhnya Engkau Mahapemurah. Engkau tidak pernah membuat aku kecewa dengan menolakku! Segala sesuatu yang aku pinta telah Engkau beri, dan semua yang aku mohon telah Engkau penuhi. Maka, wahai Dzat Yang memiliki anugerah dan kebaikan, janganlah Engkau haramkan aku dari segala anugerah dan kebaikan Mu! " 

Keempat, Zakariya menjelaskan sebab permohonannya, yakni sebab syar'i yang memiliki sisi baik dalam surat Maryam ayat 5: 

وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا

“Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu.” (QS Maryam ayat 5)

Kelima, Zakariya juga menjelaskan keadaan istrinya kepada Allah, "Sedang istriku adalah seorang yang mandul." (Maryam ayat 5 ).

Keenam, Zakariya tidak memohon dikaruniai putra agar dia dapat membanggakan dirinya dan sombong di hadapan manusia. Akan tetapi, dia memohon dikarunia putra karena alasan yang dia katakana dalam surat Maryam ayat 6:  

يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ ۖ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا

“Yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Ya'qub; dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.”     

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement