REPUBLIKA.CO.ID, BAKU – Sebanyak tujuh tentara Azerbaijan tewas dan 10 lainnya terluka dalam bentrokan terbaru dengan Armenia di perbatasan kedua negara pada Selasa (16/11). Di sisi lain, Armenia menyebut satu prajuritnya tewas dan 13 lainnya ditangkap pasukan Azerbaijan.
Tak hanya itu, Armenia mengungkapkan 24 anggota militernya masih dinyatakan hilang hingga kini. Terkait bentrokan yang terjadi di wilayah perbatasan, Azerbaijan dan Armenia saling tuding sebagai pihak yang pertama kali memprovokasi.
Kementerian Pertahanan Armenia menuduh militer Azerbaijan menembaki posisi-posisi pasukannya. Sementara Azerbaijan menyebut Armenia melakukan provokasi besar-besaran di perbatasan. Pertempuran kedua berhenti pada Selasa malam waktu setempat.
Hal itu terjadi setelah Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu melakukan percakapan via telepon dengan pejabat pertahanan kedua negara. Shoigu mendesak mereka agar menginstruksikan penghentian pertempuran. Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan juga sempat melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Armenia dan Azerbaijan telah terlibat perselisihan selama puluhan tahun. Pemicu utamanya adalah Nagorno-Karabakh, sebuah wilayah yang terletak di dalam Azerbaijan tapi berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia. Tahun lalu, kedua negara terlibat pertempuran di wilayah tersebut.
Konfrontasi berlangsung selama enam pekan dan memakan korban 6.000 jiwa. Rusia menjadi pihak yang berhasil mendorong kedua negara menyepakati gencatan senjata. Berdasarkan perjanjian, 2.000 tentara penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke wilayah tersebut.
Azerbaijan memperoleh keuntungan teritorial yang signifikan. Hal itu karena Armenia setuju menyerahkan beberapa bagian wilayah di Nagorno-Karabakh ke Azerbaijan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.